Tribun Economic Perspective
Penyatuan Mata Uang Mengakselerasi Dedollarisasi
Dominasi Dollar AS sebagaimata uang global dimulai dari kesepakatan sistem pengelolaan devisa yang bermula dari 44 negara.
Selanjutnya, sekitar 42 persensurat utang pemerintah ASdimiliki oleh investor swasta domestik di AS dan sisanya 25 persen sebagai sistem cadangan federal AS (Federal Reserve System).
Dimana pada tahun 2015, kepemilikan surat utang pemerintah AS oleh swasta asing mencapai 50 persendari total surat utang AS. Angka kepemilikan asing untuk Dollar AS jauh lebih besar dibandingkan Yen Jepang, Pounsterling Inggris dan Renminbi China.
Selain itu, dominasi Dollar AS dalam transaksi internasional didukung oleh kepemilikan investor asing terhadap bank note atau paper money yang diterbitkan oleh sistem perbankan AS.
Bank note AS meningkat dalam dua dekade terakhir menjadi 950 milyar Dollar AS. Dimana 50 persen dari total bank note AS dipegang oleh investor asing.
Sejalan dengan tiga ekonom, Ilzetzki, Reinhart, and Rogoff (2020) menyebutkan bahwa penggunaan Dollar AS sebagai mata uang jangkar(anchor currency) meningkat dalam dua dekade terakhir.
Sekitar 50 persen dari Gross Domestic Product (GDP) global dihasilkan oleh negara yang menggunakan Dollar AS sebagai jangkar (tidak termasuk AS sendiri).
Mata Uang Tunggal
Dedollarisasi sebagai proses pengalihan penggunaan Dollar AS kemata uang lain dalam cadangan devisa dan transaksi internasional berlangsung lebih cepat dalam dua tahun terakhir. Hal ini dimulai dari kesepakatan bilateral atau multiletaral tentang Local Currency Settlement (LCS).
LCS adalah kesepakatan antara negara untuk melakukan pembayaran transaksi internasional, khsususnya ekspor dan impor dalam mata uang lokal. Sebagai ilustrasi, ekspor barang dan jasa ke negara ASEAN dapat dibayar menggunakan mata uang masing-masing negara anggota ASEAN.
Kesepakatan LCS sangat berdampak terhadap berkurangnya fluktuasi mata uang ASEAN terhadap Dollar AS akibat menurunnya permintaan Dollar AS ketika akan melakukan pembayaran barang-barangimpor.
Sebagai contoh Indonesia, fluktuasi Rupiah per Dollar AS akan sangat tinggi pada saat kebutuhan Dollar AS tinggi untuk membayar utang jatuh tempo dan membayar impor minyak bumi oleh Pertamina.
Demikian juga dengan kesepakatan LCS antar negara yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan South Africa) akan efektif mengurangi fluktuasi kurs masing-masing negara anggota BRICS terhadap Dollar AS.
Namundemikian, kesepakatan ini tidak akan mengurangi secara signifikan posisi Dollar AS sebagaimata uang global.
Akhirnya, pengalaman menunjukkan bahwa penurunan secara signifikan penggunaan Dollar AS dalam cadangan devisa global dan juga transaksi internasional pada saatmata uang Euro pertama kali diperkenalkan pada 1 Januari 1999.
Di mana sejak 25 tahun terakhir, terhitung sejak kesepakatan mata uang tunggal Euro, dominasi Dollar AS sebagai cadangan devisa global mengalami penurunan sekitar 12persen, yaitu dari 71 persen tahun 2000 menjadi hanya 59 persen tahun 2021.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.