Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Ayo Mudik Ibu Rindu

Para pembaca roasting ramadhan, buat yang orang tuanya masih hidup, pulanglah mudik lebaran, orang tua anda rindu.

Editor: Hasriyani Latif
dok pribadi/abd majid
Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar Abd Majid Hr Lagu. 

Telinga kita tuli mengabaikan ibu meminta tolong, mulut kita bisu hanya sekedar menyahut ucapannya, tangan kita berat hanya sekedar mengangkat teleponnya.

Semakin besar semakin pandai kita menyakiti hatinya. Mata sering sinis melihat ke arahnya, mulut sering kasar bagai pisau yg mengiris hati, kadang bagai palu yg meremukkan perasaan.

Berapa banyak anak yang menjadi durhaka ketika besar. Mereka malu mengakui orang tuanya, malu melihat perawakannya yang sudah usang.

Pecayalah, akan datang suatu masa kita akan berpisah dengan orang tua kita. Andai malaikat maut menjemput orang tua kita, andai saat perpisahan tiba, andai orang tua kita sudah terbaring kaku menjadi mayat, kita tidak akan lagi bisa mendengar suaranya, gurauannya, nasehatnya, doanya.

Andai kata orang tua kita sudah dibungkus kain kafan, kita tidak akan bisa lagi membawakan ma­kanan kesukaannya, tidak bisa lagi memijat kakinya, tidak bisa lagi mencium ta­ngannya.

Andai kata, orang tua kita sudah diusung me­nu­ju pekuburan, ketika di­masukkan ke liang lahat, ketika tanah mulai me­nimbunnya, itulah saat terakhir kita melihat jasatnya.

Sesudah itu hanya tinggal nisan, yang bisa kita raba dan penyesalan mengapa selagi ada disia-siakan. Ketika sampai ke rumah, kamarnya sudah kosong, hanya tinggal foto dan pakaiannya yg tergantung di dinding, serta kepedihan, mengapa ketika ada diabaikan.

Menangis tiada guna lagi, orang tua kita tidak akan pernah kembali.

Begitu banyak orang yang datang berusaha menghibur, tapi tidak mampu mengurai kepedihan kita.

Begitu banyak kawan yang coba menguatkan, tapi tidak mampu menahan beban penyesalan kita, begitu banyak saudara yang coba memeluk, tapi tidak mampu meringankan kerinduan kita.

Mengapa kita tidak memiliki waktu untuk bisa membahagiakan orang tua, sedangkan untuk pekerjaan, untuk teman, selalu banyak waktu.

Mengapa kita kikir serba berhitung, sementara orang tua kita tidak pernah berhenti memberikan kebaikan dan doa kepada kita. Mengapa kita begitu angkuh, sementara orang tua kita begitu tulus menyayangi dan membesarkan kita.

Ketika orang tua sudah berpulang, baru kita sadar dunia terasa hampa. Uang yang banyak sudah tidak berguna, pangkat dan jabatan yang yang tinggi sudah tidak berarti.

Kita menjadi bingung harus kemana bercerita tentang prestasi kita, pencapaian kita tidak bernilai lagi.

Ketika datang masalah, rasanya sangat berat, tidak ada lagi ibu yang menguatkan kita. Kadang hanya dengan usapan tangannya, lepas semua beban kita. Tidak ada lagi doa yang mengiringi perjuangan kita.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved