Lily Yulianti Farid Meninggal Dunia
In memoriam Lily Yulianti Farid: Guruku, Selamat Jalan!
Ly, selamat jalan. Semoga husnul khatimah. Terima kasih untuk kelas-kelas kepenulisan, bimbingan mengedit tulisan, akses jejaring yang kreatif
Oleh: Kamaruddin Aziz Denun
Pengurus IKA Unhas/Pengurus ISLA Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Bus Bintang Khatulistiwa tujuan Sorowako berhenti di Buangin Sabbang. Kuaktifkan hape yang tersisa daya 15 persen. Saya baca inbox om Arifuddin Patunru, ayah ekonom tenar Aco Patunru yang bertanya, apakah saya tahu kondisi Lily Yulianti Farid.
Gadget menyala lagi, notifikasi Whatsapp mengarahkan pada kabar sahabat alumni citizen reporter Panyingkul Ipul, Rusle, Mustamin yang datang bersamaan. Mereka berkabar Lily - sahabat, mentor dan inspirasi literasi kami berempat - berpulang ke haribaan-Nya.
Air mata. Saya menyeka bulir kesedihan di sepanjang jalan.
Di masjid Sapta Marga Sukamaju saya berdoa dan mengenang perbincangan terakhir: kita akan kerja sama lagi Nuntung.
Katanya pada suatu ketika setelah saya diminta menjadi 'jangkar' untuk misi 'Marege Australia ke Galesong' tiga atau empat tahun lalu.
Lily adalah sumber cerita kebaikan kami di mana-mana. Jika sedang diminta bicara tentang semangat ngeblog, menulis dan terlihat hidup dan bertenaga sebagai pewarta.
Tentang perannya melecut kami belajar dan memperbaiki kualitas menulis. "Kau itu Nuntung, Es satumako. Tidak bisa bedakan penulisan 'disana dan di sini'."
Itu yang selalu saya cerita ke mana-mana betapa peduli, menuntun dan inginnya melihat kami berbenah dan 'menang' di urusan tulisan dan penyampaian gagasan.
Dia yang menyemangati kami tetap kreatif menulis. Perkenalan kami cukup unik. Saya di Banda Aceh, Ipul di Makassar, Mustamin di Balikpapan, Rusle di Sorowako atau Bogor. Tiga nama terakhir ini sedang panen inspirasi dan kemuliaan pengabdian dari seorang Lily.
Sejak tahun 2007, kami teman ngobrolnya yang bandel karena suka membuatnya sibuk di mailing listi, di chatbox Yahoo Messenger, kasak kusuk menjawab dengan tangkas kalau kami bertanya atau iseng mengulik beberapa hal tentang kepenulisan berikut _calla-calla_-nya.
"Jadi honormu di Panyingkul sejak 2007, dan moderator ini 4 juta-mi, tapi bagaimana kalau kita buat buku saja?"
Dia sampaikan honor akumulatif sebagai citizen reporter sejak 2007 itu dalam tahun 2009 saat saya diminta moderator untuk acara yang disokong Japan Foundation. Buku Semesta Galesong pun terbit, dan jadi penyemangat untuk terus kreatif. “Jangan hanya satu, tambah terus,” pesannya kala itu.
Itu yang tak bisa kulupa tentang ide dan lecutannya. Karena ide itu pula jembatan perjalanan profesi saya jadi semarak dan unik. Anak Kelautan jadi penulis, jadi fasilitator, jadi vlogger-blogger.
Pertemanan kami dengannya adalah peluang kebaikan dan kreativitas. Saat saya jadi ketua Ikatan Sarjana Kelautan ISLA Unhas, Lily Yulianti Farid -lah yang keras hati mengajak kami kerjasama.
Tiga tahun berturut-turut. Kami di ISLA jadi partner Makassar International Writers Festival MIWF --- satu legacy dahsyatnya Lily --- sejak pertama eksis. Kami kawal event tour ke Barrang Lompo, Laelae, Lakkang, Galesong, Fort Rotterdam dan mempromosikan kebudayaan tinggi maritim Sulawesi Selatan.
Banyak cerita, sungguh banyak.
Saya tak menyangkali, bisa bekerja di JICA-CD Project di Sulsel 2008, sekembali dari proyek ETESP ADB Aceh Nias 2006-2008 karena jejaring yang kami bangun bersama, juga kepenulisan.
Bisa kerja di CCDP IFAD sebagai konsultan _knowledge management_ --- menulis success story kelautan dan perikanan karena ilmu darinya.
Bisa bekerja sebagai _communication consultant_ di salah satu organisasi sayap UN karena jembatan ilmu jurnalistik yang kami lecut dan besut bersama sejak urunan di Panyingkul.Com yang digawangi dengan sangat ketat 'stylish' oleh dan ala Lily, Nesia dan Farid suaminya.
Ly, selamat jalan. Semoga husnul khatimah. Terima kasih untuk kelas-kelas kepenulisan, bimbingan mengedit tulisan, akses jejaring yang kreatif dan memberdayakan, juga kritik-kritik konstruktif yang terus hidup dalam proses literasi kami, anak muridmu.
Kami tahu, masih banyak agenda, rencana-rencanamu yang menunggu realisasi, masih ada cita-citamu yang belum terwujud. Tentang perluasan spirit literasi, demokrasi, perlindungan hak-hak perempuan, kesusastraan, dan lain sebagainya. Semoga kami bisa mencicilnya satu per satu.
Salamakki. dari muridmu.
*Denun*
_Bintang Khatulistiwa, Wotu Lutra, 10/3/2023_
Jenazah Penulis Asal Sulsel Lily Yulianti Farid Akan Dimakamkan di Northern Memorial Park Australia |
![]() |
---|
CEO Tribun Network Dahlan Dahi: Bangga Pernah Berteman Lily Yulianti Farid, Semangatnya Tak Habis |
![]() |
---|
2 Pekan Sebelum Meninggal, Lily Yulianti Farid Posting Kabar Adik Ipar Meninggal di Soppeng |
![]() |
---|
Profil Lily Yulianti Farid Direktur Rumata' Artspace dan Pendiri MIWF yang Meninggal di Australia |
![]() |
---|
Kenangan Pemred Tribun Timur dengan Almarhumah Lily Yulianti Farid, Duka Mendalam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.