Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Wahai Pengusaha Sulsel, Jangan Buruk Muka Cermin Dibelah

Secara khusus, seberapa besar keberpihakan Gubernur, Walikota dan Bupati di Sulsel terhadap para pelaku usaha pribumi Bugis Makassar?

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Wahai Pengusaha Sulsel, Jangan Buruk Muka Cermin Dibelah
DOK
Mulawarman, Alumnus FE Unhas Universitas Hasanuddin

Pembinaan pengusaha pribumi dibawah Tim Pengendalian Lintas Departemen yang ketuanya Sudharmono yang ditargetkan dapat menandingi kelompok pengusaha Cina yang populer dengan nama Kelompok Jimbaran (Liem Soe Liong, Eka Cipta, Mochtar Riadi, Ciputra, dan William).

Dari pengusaha pribumi antara lain muncul seperti Arifin Panigoro, Aburizal, Jusuf Kalla, Fahmi Idris, Fadel Muhammad, dan Sugeng Surjadi.

Peran Gubernur, Walikota, Bupati di Sulsel

Pertanyaannya sekarang, sejauhmana upaya rekayasa dalam membuat pengusaha baru kita terus tumbuh? Adakah upayah pemerintah Provinsi, Kota/Kabupaten di Sulsel dalam membuat para pelaku usaha kecil ini tumbuh semakin berkualitas.

Secara khusus, seberapa besar keberpihakan Gubernur, Walikota dan Bupati di Sulsel terhadap para pelaku usaha pribumi Bugis Makassar? Apakah para pengusaha kita yang telah besar, pribumi maupun Tionghoa telah optimal membantu pengusaha kecil lainnya agar tumbuh?

Adakah Gubernur, Walikota dan Bupati di Sulsel ini memiliki keberpihakan, sama seperti keberpihakan Andi Pangerang Pettarani Gubernur Sulawesi sukses mentranformasikan program Benten Bung Karno dan mengawalnya dengan baik di Sulsel.

Andi Pangerang Membantu mempermudah permodalan, subsidi kredit, dan pembserian konsensi kepada para pengusaha pribumi. Kemudian Andi Rifai Gubernur Sulawesi Selatan berikutnya, lebih membumika program Benten di lapangan di Sulsel.

Rifai benar-benar menyatukan pengusaha pribumi dengan Tionghoa, sehingga muncul istilah pengusaha Ali Baba. Karena Ali yang pribumi punya aturan, perizinan, subsidi, dispensasi, dan lainya. Baba panggilan pengusaha Cina atau keturunan Tionghoa yang punya modalnya atau uangnya.

Program Benten yang merekayasa menumbuh kembangkan pengusaha pribumi, di Sulsel, berhasil melahirkan banyak pengusaha pribumi Bugis Makassar.

Mereka adalah Muhammadong, Syamsuddin Daeng Mangawing, Latunrung, Haji La Bintang Firma Wajo dealer pertama Toyota di Sulsel, Haji Zanusi Padaidi Padaelo yang dipuncak kejayannya memiliki 600 bus.

Gubernur Sulsel berikutnya, Ahmad Lamo lalu berupaya merawat keberhasilan Andi Pangerang Pettarani dan Andi Rifai itu, dengan membantu sarjana-sarjana baru, khususnya mantan-mantan aktivis mahasiswa untuk memiliki jiwa wirausaha.

Ahmad Lamo, mempermudah perisizinan, dan mendapatkan modal, khusus dapatkan kredit khusus usaha kecil program Presiden Soeharto 1978, pemberian konpensasi dan rekomendasi.

Lahirlah di antaranya Jusuf Kalla yang kemudian oleh Ahmad Amiruddin Gubernur Sulsel berikutnya direkomendasikan ke Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita untuk ikut dalam program Pengusaha Nasional Presiden Soeharto, Aburizal, Arifin Panigoro dan Fahmi Idris bersama 8 orang temannya sesama mantan aktivis mahasiswa yang kemudian dikenal sampai saat ini dengan nama kelompok bisnis Kodel Grup.

Sudah optimalkah keberpihakan kita ke pengusaha-pengusaha pribumi Bugis Makassar? Seberapa banyak proyek-proyek pemerintah daerah kita di Sulsel yang diberikan priveleg kepada pengusaha-pengusaha baru tumbuh, pengusaha-pengusaha muda dari kalangan pribumi Bugis Makassar.

Bila jawabannya belum optimal, jangan-jangan kita sejauh ini turut berkonstribusi besar membuat para pengusaha pribumi bangkrut dan tidak tumbuh berkembang.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved