Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Forum Dosen Tribun Timur

Tim TGUPP Sebut Sulsel Selamat dari Gejolak Pangan Berkat Surplus Beras

Abdul Haris Bahrun menyebut Sulsel berhasil melaju di tengah gejolak pangan berkat surplus.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
Tangkapan layar YouTube Tribun Timur
Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Abdul Haris Bahrun saat jadi pembicara di Forum Dosen Tribun Timur dengan tema 'Membincang Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam Berbagai Perspektif', Jumat (10/2/2023). Abdul Haris Bahrun menyebut Sulsel berhasil melaju di tengah gejolak pangan berkat surplus beras. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi daerah dengan surplus beras tertinggi di Indonesia.

Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Abdul Haris Bahrun pun membeberkan dampak lain dari surplus tersebut.

Abdul Haris Bahrun menyebut Sulsel berhasil melaju di tengah gejolak pangan berkat surplus tersebut.

"Dampaknya 2 juta surplus ini kita rasakan semua. Artinya gejolak yang ada di Jawa atau di luar,di Sulawesi itu tidak (dirasakan) terutama di sektor pertanian," kata Abdul Haris Bahrun saat jadi pembicara di Forum Dosen Tribun Timur dengan tema 'Membincang Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam Berbagai Perspektif', Jumat (10/2/2023).

Dampak lainnya, Sulsel juga terus mendapat bantuan dari program pemerintah Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan).

Dijelaskan, Sejak 2018 bantuan alsintan sudah menyentuh angka 12 ribu.

"Jadi Sulawesi Selatan Ini mendapat bantuan tertinggi dari Alsintan.  itu diberikan berdasarkan proporsional share nasional jadi semakin besar share pertanian kita ke tingkat nasional maka dana atau bantuan yang didapatkan juga akan semakin besar," katanya.

"Orang-orang di Sulawesi Selatan tahun 2018-2018 sudah hampir 11 ribu sampai 12 ribu," lanjutnya.

Sebelumnya, Pimpinan Umum Tribun Timur Andi Suruji menyebut surplus beras membuat petani makin miskin.

"Kemarin pak Gubernur berbangga kita surplus beras sekian juta ton, saya colek apanya dibanggakan kak dengan surplus? Itu proses memiskinkan petani," tegas Andi Suruji.

"Semakin banyak beras surplus, makin miskin petani kita," lanjutnya.

Memperkuat hal tersebut, Andi Suruji meninjau data Badan Pusat Statistika (BPS).

Ia melihat nilai tukar petani tanaman pangan yang berada diangka rendah.

"Saya pakai data BPS, coba liat nilai tukar petani, sektor tanaman pangan tidak pernah 100 artinya petani tanaman pangan tekor," kata Andi Suruji

"Indeks harga yang diterima petani selalu lebih rendah dari yang dikeluarkan petani," sambungnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved