Klakson
NU dan Urusan yang Tak Pernah Usai
NU menghibahkan dirinya untuk masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.
Oleh:
Abdul Karim
Ketua Dewas LAPAR Sulsel
Anggota Majelis Demokrasi dan Humaniora
TRIBUN-TIMUR.COM - Usia satu abad tentu bukan waktu yang ringkas. Karena itulah, NU bukan ringkasan, bukan singkatan. Ia lebih tepat sebagai narasi.
Didirikan oleh ulama besar, bukan manusia biasa-NU adalah narasi besar. Seratus tahun silam, narasi itu tertampung di republik ini.
Didirikan jauh sebelum republik ini tegak, Nahdlatul Ulama atau NU terbukti menghantar negeri ini menjadi “state”. Tetapi NU bukanlah negara, bukan pula agama.
Namun NU dibangun untuk menjaga dua aspek itu; aspek negara dan agama. Kedua aspek itu lalu diikat dalam tali simpul yang kuat bertitel “bangsa”. Pada “kebangsaanlah” kedua aspek itu disolidkan menjadi kenyataan.
Itulah karenanya, kebangsaan kita bukanlah kehampaan, bukan imajinasi sebagaimana yang diimajinasikan Ben Anderson.
Pada mulanya memang mengusir penjajah. Untuk apa? Untuk menegaskan bahwa bangsa ini adalah bangsa terhormat yang harus ditegakkan kehormatannya.
Point pokok NU adalah “bangsa” sejak ia didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 silam.
Titik point itu rupanya memang bukan urusan temporal. Barangkali ulama-ulama pendiri NU telah tahu sejak dulu, bahwa kebangsaan selalu menjadi urusan tak pernah usai dinegeri ini.
NU adalah salah satu bagian takdir republik ini. Ia ada bukan karena keterpaksaan sejarah.
Sebab sesuatu yang terpaksa biasanya temporal, sementara NU hingga kini tetap hadir sebagai sesuatu yang berkelanjutan. Urusannya pun terus berkelanjutan.
Dilihat dari tujuannya, terpancarlah makna, bahwasannya urusan berkelanjutan itu terus menerus hadir.
Selain mengamalkan cara faham Aswajah, NU didirikan juga untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.
Kita tahu—pranata sosial yang adil, kemaslahatan, kesejahteraan, dan rahmat bagi semesta alam—bukanlah perkara sesaat.
Mereka terus menerus ada sepanjang dunia ini tak kiamat. Dengan kata lain, NU adalah urusan yang berkelanjutan. Karena itu, ia tak pernah usai.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.