Angngaru
Budayawan Sulsel Pertanyakan Makna Menusukkan Diri dalam Ritual Angngaru
Videonya saat dirawat disalah satu RS juga beredar, bagian dada pemuda yang tertusuk keris itu sudah dijahit.
Penulis: Nur Rofifah Marzuki | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pegiat Budaya Sulawesi Selatan Abdi Mahesa memberikan penjelasan perihal pemuda Maros yang sempat tertusuk keris saat menjalankan angangru.
Sebelumnya video Hizbullah alias Bolla yang membawakan angngaru di acara pernikahan, di Desa Bonto Tallasa, Kecamatan Simbang, Sabtu (12/11/2022) viral di media sosial.
Bolla menampilkan atraksi menusuk dadanya dengan keris saat menyambut tamu.
Tak disangka keris yang biasa digunakan saat angngaru bisa menembus kulitnya.
Bolla mengenakan baju hitam, kopiah atau songkok recca dan sarung abu-abu bermotif.
Bagian dada Bolla bercucuran darah saat menjalankan angangru.
Meski kondisinya sudah memprihatinkan, namun pemuda itu tetap menyelesaikan tugasnya.
Videonya saat dirawat disalah satu RS juga beredar, bagian dada pemuda yang tertusuk keris itu sudah dijahit.
Menanggapi hal tersebut pegiat budaya Sulawesi Selatan Abdi Mahesa memberikan penjelasan soal Angngaru.
"Angngaru ini belakangan populer dengan adegan menusuk nusukan diri, saya kurang tau maknanya apa karena sejatinya kekebalan itu sangat pantang dan tabu ditampakkan dihadapan raja kecuali ikrar," tutur Mahesa kepada media Rabu (16/11/2022).
Angngaru dikenal sebagai atraksi sumpah atau ikrar setia yang dilakukan prajurit kepada rajanya saat terjadi perang.
"Mereka rela mati di tengah lapang demi keamanan dan keselamatan pemimpin atau rakyatnya," ujarnya.
Mahesa menuturkan tradisi Angngaru yang ditambahkan dengan atraksi ma'giri dapat dijalankan tergantung dari bagaimana daya kekebalan tubuh seseorang terhadap senjata tajam.
"Itu sekaitan, apakah mereka sudah matang, sudah dianggap dewasa dan sudah dianggap mampu untuk melakukan atraksi itu," tuturnya.
Lanjutnya Mahesa menjelaskan kecelakaan atau insiden seperti yang dimaros, menandakan bahwa pemuda itu kurang matang mempersiapkan praktik kekebalan.
"Memiliki sugesti dan kepercayaan yang kurang terhadap kemampuan kekebalan dirinya," tutup Mahesa.(*)