Opini Abdul Gafar
Mahal
Sesuatu bernilai mahal, murah, atau tidak berharga sama sekali tergantung karena persepsi terhadap barang atau benda tersebut.
Belum lagi kemunculan para netizen yang memanaskan situasi pemberitaan menjadi ajang curhat yang sifatnya menyerang objek pemberitaan.
Terjadi penghukuman sebelum seseorang diproses di pengadilan. Bermunculan para ‘pengadil’ yang merasa suci dari segala perbuatan tercela.
Kasus pembunuhan yang menarik perhatian publik di negeri ini konon terjadi karena tembak-menembak antaraparat kepolisian yang bertugas sebagai ajudan Kadiv Propam Polri (sudah dinonaktifkan).
Sebenarnya soal tembak-menembak antaraparat bukanlah persoalan besar.
Hanya kebetulan karena menyangkut ‘orang besar’ sehingga menarik untuk diberitakan. Menurut berita yang awalnya tersebar karena terjadi pelecehan oleh sang ajudan terhadap ibu yang selalu dikawalnya.
Tetapi yang dikejar oleh banyak pihak adalah soal tewasnya sang ajudan oleh ajudan lainnya. Simpang siur pemberitaan semakin merajalela dengan merambah kemana-mana.
Unsur utama yang diduga pelecehan sirna dengan fokus adanya pembunuhan.
Tampaknya aparat bekerja cepat karena adanya arahan dari pihak Kapolri termasuk Presiden RI.
Pelacakan dilakukan oleh aparat kepolisian untuk mencari siapa sesungguhnya dalang dalam kasus ini. Penembaknya saja sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Spekulasi terus berkembang.
Penggalian informasi dari banyak pihakpun belum membuahkan hasil yang membuat kita berada dalam kepastian. Otopsi berulang telah dilakukan. Biaya mahal telah dipersiapkan utuk mengungkap kasus ini.
Beberapa waktu lalu ketika terjadi penembakan (tembak-menembak ?) yang berakhir kematian terhadap anggota FPI tidak sekencang kasus terakhir ini.
Tidak diketahui apa cerita akhir kasus tersebut. Terkubur ditelan masa. Tinggal kenangan dalam kesunyian sendiri. (*)