Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Endang Sari

Gen Z dan Perhelatan Pemilu Serentak 2024

Hasil sensus menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen penduduk kita adalah Gen Millenial dan Gen Z.

ISTIMEWA
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar Endang Sari - Penulis opini Gen Z dan Perhelatan Pemilu Serentak 2024 

Oleh: Endang Sari
Komisioner KPU Kota Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM - Data Badan Pusat Satistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia pada tahun 2020 sudah didominasi oleh penduduk usia produktif dan kita sudah mengalami bonus demografi.

Data terakhir menunjukkan bahwa Jumlah total penduduk kita adalah 270,20 juta jiwa bertambah 32,56 juta jiwa dibandingkan Sensus Penduduk 2010.

Komposisi penduduk Indonesia berdasarkan Sensus BPS tersebut adalah: 1,87 persen Pre-Boomer (Generasi yang lahir sebelum tahun 1945, dengan perkiraan usia sekarang adalah 75 tahun ke atas; 11,56 persen Baby Boomer (Generasi yang lahir tahun1946-1964, dengan perkiraan usia saat ini 56-74 tahun; 21,88 persen Gen X ( Generasi yang lahir tahun 1965-1980, dengan perkiraan usia sekarang 40-55 tahun; 25,87 persen Gen Y/Millenial (Generasi yang lahir tahun 1981- 1996, dengan perkiraan usia sekarang 24-39 tahun; 27,94 persen Gen Z (Generasi yang lahir tahun 1997-2012), dengan perkiraan usia sekarang 8-23 tahun; Serta 10,88 persen Post Gen Z (Generasi yang lahir tahun 2013-dst) dengan perkiraan usia sekarang s.d 7 tahun.

Hasil sensus tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen penduduk kita adalah Gen Millenial dan Gen Z.

Kedua generasi ini mampu beradaptasi lebih cepat dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Khususnya pada perkembangan teknologi komunikasi informasi yang telah mendisrupsi dunia hingga ke lini kehidupan kita sehari-hari seperti di dunia pendidikan, bisnis, sosial, teknologi, budaya, pemerintahan, dan politik di hampir tiap negara di dunia.

Hal tersebut berdampak pada gaya hidup yang juga berubah. Disrupsi telah melahirkan gaya baru dalam berbisnis, berbelanja, bekerja, berkomunikasi, cara mendapatkan layanan kesehatan, hingga bukan tidak mungkin melahirkan cara baru bagi warga dalam menentukan siapa pemimpin yang akan mereka pilih.

Disrupsi yang dipantik revolusi 4.0 ini, berawal dari tuntutan efektivitas dan efisiensi kerja serta kebutuhan akan produk yang multifungsi serta keinginan untuk selalu terhubung setiap saat dengan manusia lain karena pengaruh media sosial.

Hal ini menyebabkan terjadinya revolusi besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi komunikasi informasi yang menghilangkan sekat-sekat antardunia fisik dan beralih menjadi digital.

Revolusi ini pun menandai perkembangan media sosial dengan multi flatform, kemajuan kecerdasan buatan atau artificial intelegence, teknologi robotik, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, internet of things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak semisal drone.

Selain hal tersebut, era disrupsi juga ditandai dengan kehadiran generasi baru yang perilaku serta cara hidupnya berbeda dengan generasi sebelumnya.

Ahli Generasi seperti David Stillman (2018) menyebut generasi ini sebagai Generasi Z atau Gen Z, dan mereka ditasbihkan sebagai generasi anak kandung media sosial. Saat ini mereka berusia antara 8-25 tahun.

Hasil Pemuktahiran Data Pemilih Berkelanjutan KPU Kota Makassar menunjukkan bahwa jumlah Gen Z sangat besar.

Data Pemilih Kota Makassar per bulan Juni 2022 menunjukkan bahwa Pemilih dengan Usia 17-20 tahun ada 65.699 orang, usia 21-30 tahun ada 224.765 orang dan pemilih dengan usia 31-40 tahun ada 200.618 orang. Gambaran ini menunjukkan bahwa ada kurang lebih 30 persen dari daftar pemilih di Kota Makassar yang merupakan
Gen Z.

Karakteristik Gen Z

Lewat penelitiannya yang cukup lama, David Stillman mengemukakan bahwa ada tujuh ciri utama dari Gen Z yaitu: Figital, hiper-kustomisasi, realistis, fomo, weconomist, do it your self, dan terpacu.

Figital adalah karakteristik Gen Z yang senantiasa terhubung dengan dunia virtual, di mana antara dunia maya dan nyata selalu tumpang tindih dalam aktivitas mereka.

Hiper-kustomisasi artinya Gen Z selalu berusaha melakukan penyesuaian diri mereka agar dikenal.

Realistis adalah karakter Gen Z yang selalu mereka jadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Fomo atau Fear of missing Out adalah bahwa Gen Z identik dengan generasi yang tidak ingin ketinggalan pada sesuatu yang sedang viral atau trend.

Weconomist adalah generasi yang terbiasa mengenal dunia dengan ekonomi berbagi sekaligus menjadi filantropis. Do it your self adalah karakter Gen Z yang sangat khas yaitu terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, ada google dan youtube tempat Gen Z bisa menanyakan apapun yang membuat Gen Z sangat mandiri.

Dan Terpacu, sebagai karakter Gen Z yang selalu menyukai kompetisi dan terbiasa kompetitif dengan generasi sebelumnya.

Jumlah yang signifikan dan ciri khas Gen Z yang berbeda dengan generasi sebelumnya akan membuat wajah Pemilu Serentak tahun 2024 berbeda dari Pemilu 2019.

Gen Z tumbuh di era kebebasan politik dan gelombang disrupsi dunia sedang terjadi. Di media sosial mereka adalah penguasa jagat maya.

Lewat gadget di tangan dan tekanan jempolnya mereka bisa melahirkan berbagai kreatifitas yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Mereka punya kemampuan untuk bergerak dan berjejaring cepat tanpa batasan lokasi maupun waktu.

Lewat dunia maya mereka bisa menciptakan media dan kanalnya sendiri. Mereka bebas mengomentari topik berita yang sedang viral dan bahkan bisa memviralkan berita atau tokoh tertentu.

Kecepatan dan kreatifitas Gen Z ini tentu harus dibarengi dengan literasi politik dan literasi Pemilu yang memadai agar tidak berujung pada penyebarluasan hoax dan informasi yang tidak bertanggung jawab serta ekspresi politik yang fatal.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Angngapami?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved