Tribun Enrekang
Darwin dan Ambisi Enrekang Pusat Arung Jeram Sulsel
Membawakan bacaan untuk warga yang kesulitan menjangkau buku pengetahuan
Penulis: Imam Wahyudi | Editor: Imam Wahyudi
Gubuk kreasi yang dibangun mengelilingi sebuah pohon besar itu, juga dijadikan rumah singgah bagi para pendaki Gunung Latimojong.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke kaki gunung, tamu Rumah Pohon Pustaka dijamu dengan kopi khas Enrekang.
"Jenis kopinya macam-macam. Tapi kalau kopi khas Enrekang itu jenis Kawa Tojolo (Arabica Typica). Ada juga kopi robusta. Kebetulan di sini menyediakan alat roasting kopi bagi warga, jadi stok kopi banyak," ujarnya.
Jarak Kampung Kalimbua ke Kampung Karangan, kaki Gunung Latimojong, sekitar 15 kilometer dengan akses jalan aspal, beton dan sedikit jalan tanah.
Kampung Karangan bisa diakses dengan truk pengangkut hasil bumi yang difungsikan juga sebagai angkutan penumpang rute kota Kecamatan Baraka-Karangan. Tarifnya Rp20 ribu sekali jalan.
Bisa pula dengan menyewa jasa ojek warga setempat atau membawa motor sendiri.
Anak-anak Petualangan, Konservasi, dan Literasi Massenrempulu (PALM) yang menjadikan Rumah Pohon Pustaka sebagai sekretariat, selalu siap menjadi guide bagi para pendaki.
Arung Jeram
Enrekang adalah kabupaten dengan 84 persen wilayahnya pegununungan.
Sebagian besar wilayah Pegunungan Latimojong (lebih populer disebut Gunung Latimojong) yang merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan, masuk wilayah administratif Enrekang.
Puncak Rante Mario yang merupakan titik tertinggi Pegunungan Latimojong, 3478 mdpl, bisa juga digapai dari Kabupaten Tana Toraja, Luwu dan Sidrap.
Setidaknya, dua sungai besar dengan ratusan anak sungai membelah Bumi Massenrempulu, julukan Enrekang.
Yaitu Sungai Saddang dan Sungai Mata Allo.
Sungai Saddang berhulu di Kabupaten Tana Toraja sedangkan Sungai Matta Allo berhulu di kaki Gunung Latimojong.
Menurut Wiwin, sungai-sungai yang mengelilingi Enrekang sangat potensial digarap menjadi wisata arung jeram.