Syiar Ramadan
Sabaruddin: Taat Kepada Allah Jika Ada Rasa Malunya
Sabaruddin menyampaikan dalam hadis Rasulullah Muhammad SAW bersabda, keimanan itu dibagi menjadi 70 bagian.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Saldy Irawan
"Ketika Allah ingin menghinakan seseorang, maka rasa malunya diangkat (cabut)," sebutnya.
Diungkapkan Sabaruddin, dalam agama malu itu ada tiga versi, malu kepada diri sendiri, malu kepada sesama dan malu kepada Allah.
Sedangkan dalam budaya Bugis-Makassar, malu atau siri ada empat.
Yakni, siri ripakasiri, siri mappakasiri-siri, siri teddeng siri na dan siri mate siri. Budaya malu atau siri Bugis-Makassar ini sesuai dengan agama.
Pertama, siri ripakasiri berkaitan dengan harkat, martabat keluarga. Makanya dalam tradisi bugis, nikah lari atau silariang merupakan sebuah aib.
"Makanya budaya siri ripakasiri ini budaya yang sangat agung, menjaga kehormatan," tutur Sabaruddin.
Kedua, siri mappakasiri-siri, berkaitan dengan etos kerja. Dalam tradisi bugis pantang untuk meminta.
Sebab meminta-minta itu merupakan siri, malu untuk meminta karena ini tak sesuai agama.
Rasulullah mengatakan orang yang suka meminta-minta itu tidak ada malunya. Nanti di akhirat akan datang muka tanpa daging, karena sudah tidak ada malunya.
Ketiga, siri teddeng siri. Ini berkaitan seseorang yang punya utang piutang.
Sudah ada perjanjian bahwa dia membayar pada bulan tertentu, tapi setelah jatuh tempo tidak dibayar. Maka di sini dianggap tenddeng siri.
"Tradisi Bugis-Makassar ketika orang berjanji, toddopuli, bahwa saya akan bayar dan selesaikan, maka mesti diselesaikan. Kalau tidak diselesaikan maka ada budaya teddeng siri," terang Sabaruddin.
Keempat, terpenting adalah siri mate siri. Sesuai hadis Rasulullah, siri bagian dari imam.
"Siri mate siri ini adalah orang yang sudah tidak ada malunya. Dia melakukan maksiat, melakukan apa yang ingin dilakukan karena sudah tidak ada malunya. Jangankan ke sesama manusia, juga ke hadapan Allah," pungkasnya.(*)