Kilas Tokyo
Sakura dan Harapan Baru
SEANDAINYA pandemi Covid-19 tidak terjadi dan ditanya kapan waktu paling tepat berwisata ke Tokyo, saya akan menjawab, sekarang!
Meski demikian, kota sudah tidak sesepi tahun sebelumnya. Kereta, restoran, perkantoran, mall sudah ramai.
Acara olahraga, event dan entertainment sudah digelar lagi meski tanpa penonton.
Pemerintah Jepang yang sejak awal tidak menganut prinsip lockdown, seakan berusaha mencari jalan koridor kecil aman yang bisa dilewati.
Tidak perlu berlari kencang, yang penting tidak stagnan sepenuhnya.
Ekonomi mulai begerak, harapan baru warga dan para pencari kerja mulai bermunculan.
Musim semi kali ini kondisi sudah sangat berbeda dibanding awal pandemi menyebar.
Area Shinjuku, Shinagawa, Tokyo, Ikebukuro sudah dipadati lagi para pekerja.
Porsi berita pandemi makin tergantikan tema lain. Tiga hari lalu daerah Tohoku termasuk Tokyo area terguncang oleh gempa di tengah malam berskala M7.3.
Hingga kini 4 orang meninggal dan ratusan terluka.
Pusat gempa dekat pusat Mega Earthquake Tohoku berkekuatan M9.1 yang memicu tsunami dahsyat Maret sebelas tahun lalu.
Lalu juga ada issue perang Rusia – Ukraina, harga bensin yang menaik dan penurunan nilai mata
uang Yen.
Mekarnya sakura dan musim semi di Jepang tahun ini tetap dipenuhi beragam harapan baru warga, ditengah duka dan berbagai tantangan yang belum selesai.(*)