Kilas Tokyo
Sakura dan Harapan Baru
SEANDAINYA pandemi Covid-19 tidak terjadi dan ditanya kapan waktu paling tepat berwisata ke Tokyo, saya akan menjawab, sekarang!
Pokoknya sibuk dipenuhi harapan baru.
Piknik dan kumpul kumpul ‘hanami’ barbeque bersama teman atau keluarga menikmati kehangatan udara diteduhi mekarnya sakura seakan sudah keharusan.
Entah mengapa perasaan juga seakan menjadi hangat, ceria dan cerah.
Musim semi dua tahun lalu sedikit berbeda.
Saya ingat betul Maret tahun 2020 tepat saat puncak kekhawatiran penyebaran awal Covid-19 menjadi tema sentral di Jepang.
Virus sudah menyebari China dan Korea, lalu masuk ke Jepang.
Termasuk ratusan kasus terinfeksi di kapal pesiar Diamond Princess di pelabuhan Yokohama.
Event olahraga dan festival besar banyak dibatalkan.
Tokyo Disneyland, Tokyo Disney Sea, dan Universal Studios Japan tutup sementara.
Festival besar bunga sakura di Nakameguro, Sumida Park Sakura Matsuri, Bunga Sakura Chiyoda, dan Hibiya Blossom dibatalkan.
Fenomena unik juga terjadi, bunga sakura yang bermekaran di cuaca hangat musim semi tiba tiba tertutup salju yang turun lebat.
Menurut Badan Metereologi Jepang, udara tekanan rendah selama bulan Maret menurunkan suhu, mengubah hujan menjadi salju.
Ini tidak mengherankan, suhu dan lingkungan banyak berubah drastis di seluruh dunia saat itu.
Polusi udara dan CO2 turun cepat ketika virus Covid-19 menyebar dan mengharuskan sebagian belahan dunia lockdown.
Musim semi tahun lalu, kekhawatiran Covid-19 belum usai. Sudah terjadi tiga kali lonjakan kurva gelombang virus dalam kurun setahun.