Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dampak dan Manfaat Poligami Bagi Kesehatan

Poligami sendiri bukan merupakan barang baru yang beredar namun merupakan praktek yang memang banyak dilakukan di Indonesia.

Freepik.com
Ilustrasi pernikahan. 

Penelitian ini melibatkan lelaki berusia 60 tahun yang berasal dari 140 negara penganut poligami.

Baca juga: Rata-rata Istri Selingkuh karena Berikut Ini Menurut Penelitian Profesor Psikologi

Riset tersebut membuktikan bahwa usia rata-rata pria yang melakukan poligami lebih panjang 12 persen dibandingkan para pria yang tinggal di 49 negara yang terkenal menganut monogami.

Lummaa menjelaskan bahwa pria yang berpoligami masih memiliki kualitas alat reproduksi yang baik bahkan sampai berusia 80 tahun.

Hal inilah yang diperkirakan memperpanjang usia pria tersebut.

Pria poligami akan lebih panjang umur berkaitan dengan faktor sosial dan genetika.

Pria tersebut akan terus berjuang menghidupi anak-anak dan istrinya sehingga kemungkinan ia akan lebih baik dalam menjaga kesehatannya.

Peneliti juga mengatakan bahwa suami yang memiliki istri banyak, yang bisa mengurus dirinya lebih baik, tentu akan memiliki kesehatan yang lebih baik.

Mereka akan lebih bahagia karena memiliki banyak anak dan kehidupan seksnya sangat terjamin.

“Kebutuhan seksual yang terpenuhi akan membuat kesuburan tetap terjaga meski sudah berusia separuh baya.”

“Kesuburan tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi hormon dan mengatur metabolisme tubuh.”

“Kesuburuan berbanding lurus dengan kinerja hormon dan akan membuat pria semakin sehat,” jelas Lummaa.

Baca juga: Bolehkah Suami Cuci Pakaian? Berikut Dalil-dalilnya Sesuai Hadis Rasulullah SAW

Bagi pria, poligami memang dapat membawa efek baik untuk kesehatan namun sayangnya efek tersebut tidak bekerja sama baiknya untuk wanita.

Meskipun beberapa studi menyebutkan bahwa poligami membawa efek baik untuk istri, namun lebih banyak studi yang menunjukkan bahwa istri yang dipoligami cenderung lebih stres dan depresi karena perasaan cemburu.

Profesor Martha Bailer dan Bita Amani dari Queen’s University menyebutkan bahwa istri dan anak akan menjadi korban ketika seorang suami memilih jalan untuk berpoligami.

Ketika seorang istri menjadi stres dan depresi, maka pola pengasuhan anaknya pun menjadi kacau. Pada akhirnya, anak akan terkena dampak negatif dan turut menjadi korban.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved