Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BRI Local Heroes

Tak Ingin Usaha Industri Tahunya Berhenti, Rakhim: Yang Penting Kita Bisa Makan

"Dari dulu kita mempekerjakan enam orang sampai saat ini," kata Rakhim.

Penulis: A Syahrul Khair | Editor: Saldy Irawan
tribun-timur/syahrul
Abdul Rakhim, salah seorang pengusaha industri tahu Jl inspeksi kanal, Moh Yamin Baru, Kelurahan Bara-baraya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, saat ditemui wartawan tribun-timur.com. Jumat (10/12/2021).   

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Di tengah pandemi covid-19, sebagian pengusaha biasanya mengurangi karyawannya.

Namun berbeda dengan usaha industri tahu milik Abdul Rakhim.

"Dari dulu kita mempekerjakan enam orang sampai saat ini," kata Rakhim.

Itu diceritakan saat ditemui tribun-timur.com, Jumat (10/12/2021) pagi.

Yang berlokasi Jl inspeksi kanal, Moh Yamin Baru, Kelurahan Bara-baraya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.

"Kita tahu pandemi membuat kita susah, tapi kita pertahankan karyawan, takutnya nanti dikeluarkan, mereka mau kerja apa?," jelasnya.

Untuk produksi tahu, dia mempekerjakan empat orang.

"Yang mengantar dua orang itu, sopir satu dan bagian marketing satu,"

Meski begitu, pendapatannya sebelum pandemi melanda disebut baik.

Tapi, di masa pandemi ini, membuat dia harus menaikan harga tahu kepada konsumennya.

"Kalau sebelum pandemi pendapatan lumayan bagus, walaupun hanya Rp 40 ribu per cetaknya," tuturnya.

Dikatakan Rakhim, bahwa di masa pandemi ini, dirinya harus menaikkan harga.

Dalam hal ini, untuk mengikuti harga bahan baku kedelai di pasaran.

"Supaya kami bisa bertahan. Untuk hal keuntungan, yang penting kami bisa makan dengan karyawan lain," terangnya.

Dalam sehari, pendapatannya secara bersih hanya Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu.

Untuk hitungan perbulannya kerap mendapat senilai Rp15 juta rupiah.

Rakhim menjelaskan, sejauh ini di pasaran hanya banyak kedelai impor dibandingkan dengan kedelai lokal.

Alasannya, kedelai lokal tidak bisa bertahan lama, selain itu kadar airnya juga disebut lebih banyak.

"Sehingga kita mengambil yang impor dari Amerika, biasa juga kita pakai lokal, tapi perbandingannya lebih tahan lama yang impor," Rakhim menambahkan. (*)

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, A. Syahrul Khair

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved