Sekolah Birokrasi
Tujuh Cara Perangkat Daerah Dalam Mendorong Inovasi, Apa Saja?
Ada tujuh cara perangkat daerah dalam mendorong inovasi menurut Guru Besar Ilmu Administrasi FISIP Unhas Prof Sangkala.
Penulis: Darullah | Editor: Suryana Anas
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR – Ada tujuh cara perangkat daerah dalam mendorong inovasi menurut Guru Besar Ilmu Administrasi FISIP Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sangkala.
Dalam sebuah organisasi yang sukses berinovasi, maka peran pimpinan menjadi sangat penting.
Karena menjadi motor penggerak dan menciptakan lingkungan sehingga inovasi yang menjadi kebutuhan organisasi bisa terselenggara.
“Olehnya itu, bisa kita lihat bahwa peran pimpinan menjadi sangat penting dalam konteks ini. Bagaimana cara mengukur birokrasi yang tergolong inovatif, maka dari itu kita bisa mengukurnya dengan 6 ciri-ciri,” ujarnya dalam Podcast Sekolah Birokrasi Tribun Timur, Jumat (3/12/2021).
Yang pertama, lanjutnya, dicirikan oleh adanya kepercayaan atau trans.
Dalam hal ini para pegawai mengetahui bahwa rekan kerja mereka itu saling memiliki kepantingan yang terbaik dan betul-betul tulus dalam hati mereka untuk saling bekerja sama.
“Terkait kiat cepat, tentu pimpinan harus mampu menciptakan ini sehinga pegawai merasa kebijakan yang ada di dalam birokrasi itu betul-betul berupaya mendorong kolaborasi namun tetap ada persaingan antar individu ataupun tim untuk mengeluarkan inovasi yang baik tentunya,” jelasnya.
Ciri kedua yaitu adanya integritas, sehingga para pegawai tau betul bahwa rekan kerja mereka itu selalu mengatakan apa yang mereka masud dan apa yang mereka katakan memang betul-betul tulus.
“Karena itu, untuk mewujudkan integritas ini maka kiat yang bisa dilakukan adalah, apakah pimpinan itu mengambil langkah sesegera mungkin untuk menghilangkan munculnya gosip-gosip negatif di kantor. Jadi bagaimana tugas pimpinan itu berupaya untuk mengurangi gosip,” terangnya.
Ciri yang ketiga yaitu adanya rasa hormat atau respek karna itu dicirikan dengan para pegai tau bahwa rekan kerja mereka itu akan memperlakukan satu sama lain sebagaimana mereka ingin diperlakukaan.
Sehingga ada sikap saling tenggang rasa, saling menghormati antara satu sama yang lain. Karena itu pimpinan harus mampu mengenali tindakan kebaikan, mengetahui bantuan apa yang di butuhkan pegawai agar rasa hormat antara mereka bisa tercipta.
Ciri yang keempat adalah setia. Dalam konteks ini pegawai percaya bahwa kemampuannya sendiri itu, serta adanya kepercayaan yang mereka miliki untuk senantiasa lebih maju, sehingga pimpinan harus betul-betul mampu dan bisa mengenali pencapaian dan dukungan serta gagasan apa yang bisa memunculkan adanya rasa setia dari pegawai kepada institusinya atau instansinya.
Ciri yang kelima adalah kerendaan hati, dalam hal ini para pegawai tau bahwa tidak apa-apa tidak memiliki semua jawaban yang dibutuhkan organisasi karna itu mereka akan senang untuk mengeluarkan ide-idenya tampa merasa tidak dihargai.
“Olehnya itu piminan harus mampu memupuk budaya belajar yang terus menerus dan bahkan memberikan pemahaman kepada pegawinya bahwa kegagalan itu merupakan bagian dari pembelajaran. Sehingga pegawai tidak takut untuk salah,” katanya.
Ciri yang keenam adalah harapan, jadi pegawai itu sangat terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada di luar pengalaman mereka sendiri yang sihingga akan mereka temui ketika mereka bekerja.