Tribun Makassar
Pemkot Makassar Bakal Tambah 28 Sekolah Gelar Simulasi Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sudah berlangsung dua pekan di Makassar.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sudah berlangsung dua pekan di Makassar.
Hari terakhir pelaksanaan simulasi PTM di 28 sekolah yang telah ditunjuk Pemkot Makassar, Sabtu (16/10/2021).
Plt Kepala Dinas Pendidikan Makassar, Nielma Palamba memastikan PTM akan dilanjutkan pekan depan.
Bahkan jumlah sekolah yang melangsungkan PTM akan ditambah dua kali lipatnya.
"Kita sudah lakukan evaluasi, tadi kita sudah rapat untuk tentukan sekolah apa yang PTM," ucapnya kepada tribun-timur.com, Jumat (15/10/2021).
Dengan begitu ada empat sekolah di masing-masing kecamatan yang akan menjalani simulasi.
Teknisnya masih tetap sama, seluruh siswa yang dapat giliran PTM akan diswab antigen.
"Kecuali 28 sekolah yang simulasi duluan sudah tidak lagi. Hanya sekolah tambahan," jelasnya.
Terkait pemeriksaan kesehatan paru-paru siswa yang akan dicek menggunakan GeNose, pihaknya masih menunggu instruksi Wali Kota Makassar.
"Ini memang diwacanakan sebelumnya untuk evaluasi siswa yang sudang PTM, tapi kita tunggu kepastiannya," katanya.
Sebelumnya Wali Kota Makassar, Danny Pomanto mengatakan akan menggunakan genose untuk mengecek kesehatan paru-paru siswa.
Untuk memastikan mereka sehat usai mengikuti simulasi PTM.
Hanya saja, rencana tersebut disoroti berbagai pihak.
Termasuk pakar kesehatan Universitas Hasanuddin, Prof Idrus Paturusi.
Kata Idrus, GeNose tidak ada hubungannya dengan paru-paru.
Untuk tahu fungsi paru-paru lewat pemeriksaan rontgen.
"Saya juga bingung dia (wali kota) salah persepsi bagaimana dia tahu ada kerusakan paru-paru menggunakan GeNose," ucap Idrus Paturusi.
Mantan Rektor Unhas ini menambahkan, dulu GeNose digunakan sebagai alat tes Covid-19.
Namun karena efikasi dan validitasnya kurang maka tidak lagi digunakan.
Ia menilai, Pemkot Makassar terkesan memaksakan kehendak.
"GeNose tidak dipake lagi, kenapa mesti dipaksakan kan itu tidak ada artinya," tegasnya. (*)