Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Briefing Ketahanan Covid-19

Trend Secara global jumlah kasus sudah melebihi 3,8 juta kasus, meningkat 8% dari pekan sebelumnya

Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Ridwan Amiruddin, Epidemiolog Unhas 

Kondisi pertumbuhan dan persebaran covid yang tidak terkontrol ini  dapat disebabkan oleh kemampuan menahan laju persebaran penyakit tersebut tidak sebanding dengan kecepatan penularan penyakit itu sendiri. 

Kemampuan transmisi Sarcov2 dipicu oleh kemampuan mutasi virus yang sangat tinggi.

Dari aspek host/populasi manusia, terdapat beberapa entry point kasus semakin meluas ke semua kelompok populasi.

Aspek biologi yang merupakan imunitas respon tubuh yang masih terbatas dalam menghalau virus covid-19, interaksi social warga yang tidak bisa di control.

Kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang rendah, mobilitas penduduk yang sangat tinggi, kurangnya keterbukaan pasien terhadap kondisi dan riwayat penyakitnya, dukungan lingkungan untuk penerapan protokol kesehatn yang masih minim, contoh yang buruk dari tokoh masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan dan konsistensi intervensi yang di jalankan lebih pada aspek kuratif  saja. 

Narasi dari pemerintah dalam pengendalian covid 19 selalu pentingnya upaya pencegahan, namun fakta-fakta lapangan lebih terfokus pada aspek penambahan BOR rumah sakit, penyediaan tabung oksigen, hingga suplai obat yang kosong di apotik.

Pada pendekatan jangka pendek itu penting, tapi tidak menuntaskan persoalan karena tentu ada batas jenuh upaya upaya tersebut. 

Sekali lagi bagaimana indikator pemutusan mata rantai berupa tracing, tidak bergerak membaik.  (capaian baru 1:1,76 perkotak erat), Berikan kewenangan dan dukungan yang luas bagi pihak faskes untuk melakukan pelacakan kasus Sebagai ujung tombak pemutusan mata rantai penularan.

Tindak lanjut dari tracing tentu testing, kemudian isolasi atau perawatan bagi yang memerlukan. 

Evaluasi program Isolasi mandiri yang dianjurkan pemerintah, sepertinya telah memberiakn hasil yang kurang baik.

Ribuan kematian yang terjadi karena isolasi mandiri yang mengalami perburukan. 
Sarcov2 dan berbagai varian barunya. Memberikan perburukan yang cepat tanpa pasien dan keluarga menyadarinya.

Sementara proses mencari perawatan di RS yang ternyata sudah antrian karena penggunaan tempat tidur yang sudah tinggi (sudah diatas 70%), akhirnya antrian dipelataran RS.

Berujung pada layanan semakin tidak adekuat, petugas yang semakin kelelahan, koordinasi semakin tidak maksimal hingga layanan RS memasuki fase kelumpuhan.

Inilah akhir dari wacana yang selalu mendewakan RS dalam menyeleseikan setiap masalah kesehatan.

Bagaimana dengan program tracing? Bagaimana melakukan dan apa indikatornya, sepertinya ini masih pekerjaan rumah satgas yang tidak bisa di tuntaskan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved