Tribun Kampus
Sibuk Ngajar, Dosen Abaikan Riset, Kepala LLDikti IX: Banyak Fokus Tugas Luar Kampus
Mayoritas dosen di Indonesia abai melakukan riset sehingga jumlah jurnal yang terbit tiap tahunnya pun masih sangat minim.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dosen atau tenaga pengajar di lingkup Perguruan Tinggi (PT) dituntut melakukan dua hal.
Yakni mengajar dan melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dimaksud yakni melakukan pengabdian masyarakat.
Lewat berbagai kegiatan termasuk riset dan penelitian.
Sayangnya terkhusus di Indonesia jumlah dosen yang intens menghasilkan riset masih begitu minim.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), tahun 2019 hanya 177.000 dosen dan peneliti yang terdaftar di Science and Technology Index (Sinta).
Sementara itu dari sumber yang sama jumlah dosen di Indonesia mencapai 296.040 orang.
Dosen yang terdaftar di Sinta pun terbilang masih minim menerbitkan jurnal, masih di tahun 2019 jumlah hanya 34.007 jurnal yang terindeks Scopus.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IX, Prof Jasruddin, pun menerangkan bahwa hal ini dikarenakan di Indonesia, dosen masih terbagi dalam empat tipe.
Hal itu disampaikan dalam acara coffe morning yang digelar Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Rabu (14/7/2021).
Jasrudddin mengklasifikasi empat tipe dosen dalam melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.
Pertama, dosen yang hanya mengajar, dan tidak melaksanakan tri dharma perguruan tinggi lainnya. Seperti penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
“Bagaimana mau urus jabatan fungsional, jika kerjanya hanya mengajar, lalu fokus ke tugas lain di luar kampus,” ucap Jasruddin lewat rilis yang diterima tribun-timur.com, Selasa (13/7/2021).
Tipe kedua, dosen yang melaksanakan tri dharma perguruan tinggi, tapi tidak mendokumentasikan kegiatannya.
Mantan Direktur Pasca Sarjana UNM ini menceritakan, ia pernah bertemu dengan dosen dari Malaysia.