La Maddukelleng
Begini Perjuangan La Maddukelleng Pada Masa Muda hingga Melawan Penjajah Belanda di Wajo dan Sulsel
La Maddukelleng dianugerahi Pahlawan Nasional karena berhasil membebaskan Wajo dan Sulawesi Selatan dari kekuasaan Belanda.
Berdasarkan Hukum Adat Tellumpoccoe (persekutuan antara Wajo, Soppeng dan Bone), La Maddukelleng pergi ke persidangan dan menjelaskan alasannya meninggalkan Bugis dan pertempurannya melawan Belanda.
La Maddukelleng diangkat menjadi Arung Matowa Wajo XXXIV ketika La Salewangeng Arung Matowa Wajo bertambah tua.
Penobatan La Maddukelleng digelar pada Selasa, 8 November 1736 di Paria.
Melawan Penjajah
Pertempuran melawan Belanda berasal dari ajakan La Maddukelleng ke Bone dan Soppeng pada tahun 1737.
Menurut La Maddukelleng, jika dibiarkan Belanda berkuasa di Sulawesi maka kerajaan-kerajaan di Makassar akan mengalami kehancuran.
Bone dan Soppeng awalnya menerima ajakan La Maddukelleng namun keduanya mundur.
La Maddukelleng akhirnya berangkat sendiri ke Makassar dalam dua kali ekspedisi yang gagal kedua-duanya.
La Maddukelleng kembali ke Wajo dan mulai memperkuat pertahanannya karena yakin Belanda akan menyerang balik.
Pada tahun 1741, VOC menyerang bersama Bone, Soppeng, Luwu, Buton dan Tanete di bawah komando Admiral Adriaan Smout.
Namun dengan gigih, La Maddukelleng berhasil mempertahankan diri bahkan berhasil memukul mundur VOC dari Lagosi dengan bantuan Pilla Pallawa Gau, dan La Banna To Assa serta menantunya Sultan Aji Muhammad Idris.
Pahlawan Nasional
La Maddukelleng memiliki visi untuk membebaskan Sulawesi dari penjajahan, tidak hanya di Wajo.
Dengan wawasannya, La Maddukelleng bahkan memperluas wilayah Wajo.
Pemerintahannya berakhir setelah menjadi Arung Matowa Wajo karena banyak anggota pasukannya yang sudah jenuh berperang.
Karena kekuatan militernya yang melemah, La Maddukelleng mengundurkan diri dan meninggal pada 1965.
Jasad La Maddukelleng dikebumikan di Sengkang, tepatnya di Jalan A. P. Pettarani Sengkang.(*)