La Maddukelleng
Begini Perjuangan La Maddukelleng Pada Masa Muda hingga Melawan Penjajah Belanda di Wajo dan Sulsel
La Maddukelleng dianugerahi Pahlawan Nasional karena berhasil membebaskan Wajo dan Sulawesi Selatan dari kekuasaan Belanda.
Banyak orang-orang Wajo yang pergi ke Pasir untuk meminta pertolongan La Maddukelleng.
Karena menjadi padat, La Maddukelleng mencari tempat pemukiman baru di Kutai.
Raja Kutai kemudian menyetujui permintaan La Maddukelleng dengan syarat bahwa orang-orang Wajo tersebut harus mengikuti aturan dan ketentuan Raja Kutai.
Sebagai Sultan Pasir, La Maddukelleng mengangkat La Banna To Assa sebagai panglima dan membangun armada laut untuk mengacaukan pelayaran di Selat Makassar.
10 tahun La Maddukelleng menjabat, ia menerima surat dari Arung Matowa Wajo La Salewangeng yang mengajaknya pulang ke Wajo untuk menghadapi Kerajaan Bone.
Perjuangan di Wajo
La Maddukelleng mulai membentuk pasukan dan menyiapkan persenjataan armadanya.
Pasukan La Maddukelleng dibagi menjadi dua, pasukan laut yang dikomando oleh La Banna To Assa dan pasukan darat yang dikomando oleh Panglima Puanna Pabbola dan Panglima Cambang Balolo.
Seluruh pasukan merupakan orang-orang terpilih yang mahir bertempur di laut dan darat Semenanjung Malaya dan perairan antara Johor dan Sulawesi.
Dalam perjalanan menuju Makassar, armada La Maddukelleng diserang dua kali pada 8 Maret 1734 dan 12 Maret 1734.
Namun armada Belanda berhasil didesak mundur setelah perang selama dua hari.
Begitu sampai di dekat pulau Lae-lae dan benteng Rotterdam, armada La Maddukelleng ditembak dengan meriam namun pasukan Belanda berhasil dibunuh oleh La Maddukelleng.
Ratu Bone yang gagal membendung pasukan La Maddukelleng kemudian menuntut Arung Matowa Wajo untuk tidak memberi kesempatan La Maddukelleng untuk mendarat di Wajo.
Tuntutan itu ditolak karena menurut Arung Matowa Wajo, hak-hak asasi rakyat Wajo terjamin dalam perjanjian pemerintahan di Lapadeppa.
La Maddukelleng berhasil tiba di Singkang melalui Doping pada 24 Mei 1736.