La Maddukelleng
Begini Perjuangan La Maddukelleng Pada Masa Muda hingga Melawan Penjajah Belanda di Wajo dan Sulsel
La Maddukelleng dianugerahi Pahlawan Nasional karena berhasil membebaskan Wajo dan Sulawesi Selatan dari kekuasaan Belanda.
Masa Muda
Sejak berusia 9 tahun, La Maddukelleng meninggalkan tanah kelahirannya dan tinggal di Kerajaan Wajo.
Pada usia 11 tahun, La Maddukelleng berhasil membunuh 11 orang saat baru saja disunat.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat mengenai pesta sabung ayam yang saat itu berlangsung.
Akibat perkelahian yang terjadi, hubungan kerajaan Wajo dan kerajaan Bone menjadi kurang harmonis.
Pada 1714, La Maddukelleng pergi ke Johor (sekarang Malaysia) dari Peneki menggunakan perahu.
Saat itu ia bertemu dengan saudaranya bernama Daeng Matekko yang merupakan pedagang kaya Johor.
Sultan Pasir
La Maddukelleng memulai perjuangannya pada tahun 1715 saat membantu Daeng Parani melawan Johor yang kemudian berhasil mereka menangkan.
Pada tahun 1726, La Maddukelleng diangkat menjadi Sultan Pasir Kalimantan Timur.
Sebelumnya La Maddukelleng menikah dengan Puteri Sultan Sepuh Alamsyah Raja Pasir yang bernama Anding Anjang.
Keduanya dikaruniai seorang anak bernama Aji Doya yang kemudian akan menikah dengan Muhammad Idris, Raja Kutai dan berganti nama menjadi Putri Agung.
Anak-anak La Maddukelleng lainnya, Petta To Sibengngareng, Petta Rawe, serta Petta To Siangka.
Selama di Pasir, Kalimantan, La Maddukelleng selalu berusaha mempertahankan adat istiadat kerajaan Wajo.
Padahal saat itu kerajaan Wajo sedang diduduki oleh Kerajaan Bone.