Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Polwan

Inilah Sosok Polwan yang Tolak Jadi Ajudan Istri Soeharto, Polisi Wanita yang Setia dengan Soekarno

Polwan itu kerap membelikan buah-buahan kepada sang Proklamator karena tidak tega melihat Soekarno tidak bisa makan karena ketiadaan uang sama sekali.

Editor: Arif Fuddin Usman
kolase warta kota
Ni Luh Putu Sugiantri. Inilah sosok Polwan yang tak pernah naik pangkat, tapi tidak diberhentikan, saat menolak jadi ajudan Ibu Tien Soeharto. 

Saat itu, dirinya menjadi saksi usai Sukarno tak lagi menjadi presiden RI.

Menurut Nitri, Bung Besar dilarang berbicara politik, tidak boleh mengundang tamu, hingga tidak boleh ke mana-mana kecuali hanya di Istana saja.

Bahkan ia tahu bahwa Sukarno juga tidak punya uang sepeser pun di kantongnya meski hanya untuk membeli kue.

Pada suatu kesempatan, Nitri pernah bertanya soal serah terima jabatan presiden dengan Soeharto. Sukarno menjawab bahwa hal tersebut dilakukannya demi menjaga Indonesia dari kehancuran.

Wanita yang kini berusia 71 tahun itu juga menolak dijadikan ajudan Ibu Tien Soeharto.

“Saya diminta jadi ajudan Ibu Tien, saya langsung lari kawin, karena saya tidak mau. Saya tidak mau jadi ajudan Soeharto, saya tau apa yang dia lakukan,” ucapnya yang dikutip dari Merdeka (18/08/2020).

Pada sumber lainnya , Nitri menolak karena sakit hati pernah dituduh menjadi pacar Sukarno, seperti yang dilansir dari Balicitizen (06/08/2019).

Menjadi orang yang pernah berada dekat dengan Soekarno tentu merupakan sebuah kebanggaan yang luar biasa.

Seperti kisah Ni Luh Putu Sugianitri di atas, dirinya bahkan turut menjadi saksi sejarah di kehidupan Sang Putera Fajar usai tak lagi menjabat sebagai presiden Indonesia. 

Polisi Wanita Angkatan Ketiga

Saya polisi angkatan ketiga di Sekolah Kepolisian Sukabumi," ujar Nitri pada Sabtu (12/4/2014). Dikisahkan Nitri, setelah pendidikan,

Polwan yang lain kembali ke daerah masing-masing. Namun dia tidak boleh pulang. Sebagai orang Bali, dia sering diminta menari.

Dia sering tampil menari di acara-acara resmi kepresidenan, hingga akhirnya Nitri diangakat menjadi ajudan Bung Karno.

"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi. Waktu itu, saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang.

"Saya selalu memakai kebaya dan menari, sementara di dalam tas ada revolver. Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved