Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Polwan

Inilah Sosok Polwan yang Tolak Jadi Ajudan Istri Soeharto, Polisi Wanita yang Setia dengan Soekarno

Polwan itu kerap membelikan buah-buahan kepada sang Proklamator karena tidak tega melihat Soekarno tidak bisa makan karena ketiadaan uang sama sekali.

Editor: Arif Fuddin Usman
kolase warta kota
Ni Luh Putu Sugiantri. Inilah sosok Polwan yang tak pernah naik pangkat, tapi tidak diberhentikan, saat menolak jadi ajudan Ibu Tien Soeharto. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pada masa awal pemerintahan Soeharto, dikenal seorang polisi wanita atau Polwan yang berani membuat sikap.

Polwan itu tak lain Ni Luh Putu Sugiantiri yang merupakan polisi wanita kepercayaan Presiden Soekarno atau Bung Karno.

Ni Luh Putu Sugiantiri merupakan Polwan terakhir pengawal Bung Karno sebelum meninggal dunia pada tahun 1970. 

Ajudan perempuan terakhir Soekarno, Ni Luh Sugianitri meninggal dunia pada hari Senin (15/3/2021). 

Dalam kenangan Ni Luh Putu Sugiantiri, foto ini terakhir mengajak foto karena selorohnya adalah foto terakhir memakai baju kedinasan presiden.

Yah hari itu, Soeharto "melantik" dirinya sebagai Presiden berbekal Supersemar "abal-abal".

Dalam kenangan Ni Luh Putu Sugianitri, dirinya kerap membelikan buah-buahan kepada sang Proklamator karena tidak tega melihat Soekarno tidak bisa makan karena ketiadaan uang sama sekali.

Walau gajinya sebagai polwan sangat kecil, Ni Luh Putu Sugiantiri iklas memberi karena iba dengan penderitaan Soekarno yang sengaja dibiarkan dan terlantar karena tahanan rumah di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala) Jakarta.

Nitri mengawali kisahnya dengan masuk sebagai anggota Polisi Wanita (Polwan) saat mendaftar di Bali pada tahun 1964.

Saat itu usianya masih 16 tahun dan baru saja tamat SMP. Uniknya, Nitri mencuri umur 2 tahun lebih tua menjadi 18 tahun agar bisa diterima.

Dirinya pun berhasil lulus dan menjalani pendidikan di Sukabumi, Jawa Barat. Nitri sendiri kerap diminta untuk tampil menari di acara-acara kepresidenan.

Nitri berhasil terpilih menjadi ajudan anak-anak Bung Karno setelah pasukan pengawal presiden, Cakra Birawa, dibubarkan dan diganti dengan pengawal Kepolisian.

Dari sana, perlahan Nitri dipercaya untuk mengembang tanggung jawab yang lebih besar lagi, yakni menjadi ajudan Sukarno.

Ada banyak kisah yang dijalaninya pada saat itu. Terutama soal kegemaran Soekarno akan makanan.

Nitri sendiri diangkat menjadi ajudan Soekarno setelah peristiwa tragedi tanggal 30 September atau G30S/PKI terjadi.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved