Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

Tembikar, Artefak yang Ditemukan di Situs-situs Arkeologi Seko dan Rampi Luwu Utara

Tembikar, Artefak yang Ditemukan di Situs-situs Arkeologi Seko dan Rampi Luwu Utara

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
zoom-inlihat foto Tembikar, Artefak yang Ditemukan di Situs-situs Arkeologi Seko dan Rampi Luwu Utara
Balai Arkeologi Sulsel
Salah satu wadah dari tembikar yang dibuat oleh warga Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Bahan campuran yang biasanya digunakan sebagai temper berasal dari bahan organik dan non-organik, bahan organik antara
lain meliputi sekam padi, abu dari sekam padi yang telah dibakar dan pecahan cangkang kerang.

Sedangkan bahan inorganic antara lain pasir, hancuran bata dan grog yang merupakan hancuran tembikar yang tidak terpakai atau tembikar yang gagal produksi.

Penampang pecahan tembikar yang ditemukan di Rampi dan Seko setelah diamati, menunjukkan warna yang beraneka ragam.

Yaitu; warna abu-abu; abu-abu cokelat; abu-abu hitam; abu-abu kecokelatan; abu-abu kehitaman; abu-abu merah; cokelat; cokelat hitam; cokelat kemerahan; hitam; merah; dan merah hitam.

Warna yang tidak rata pada penampang pecahan tersebut merupakan pengaruh dari suhu pembakaran yang kurang sempurna.

Menurut Daniel Rhodes dalam bukunya yang berjudul clay and glazes for the potter (yang diterbitkan di London) mengatakan bahwa; tanah liat merupakan jenis tanah yang terdiri atas butiran bergaris tengah rata-rata di bawah 0,01 mm.

Butir-butir tersebut terjadi akibat proses pelapukan fisika yang disebabkan oleh faktor iklim yang berubah-ubah.

Arkeolog dalam upayanya untuk mengetahui teknik pembuatan tembikar, dilakukan dengan memperhatikan jejak yang tertinggal pada permukaan penampang bagian dalam dan bagian luar.

Setiap teknik pembentukan sebuah tembikar, dapat meninggalkan jejak yang berbeda dengan hasil teknik pembentukan lain.

Misalnya; teknik pijit meninggalkan jejak pada penampang luar dan dalam yang tidak rata, selain itu tampak bekas sapuan dan tekanan jari tangan.

Teknik roda putar meninggalkan striasi yang merupakan jejak berupa garis-garis horizontal pada permukaan keramik yang dibentuk dengan menggunakan roda putar.

Jika menggunakan roda putar lambat, maka striasi akan tampak terputus-putus atau berombak.

Sebaliknya, jika menggunkan roda putar cepat, maka garis-garis tersebut terlihat bersinambung dan teratur (McKinnon, 1996; 75).

Terutama pada penampang bagian dalam, karena permukaan penampang bagian luar biasanya dihaluskan atau tertutup slip.

Teknik tatap landas meninggalkan dua jejak yang berbeda, penampang bagian dalam terdapat jejak berupa cekungan, sedangkan jejak yang ditimbulkan oleh tekanan tatap, terdapat bidang yang rata dan pada bagian luar.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved