Tribun Wiki
Tembikar, Artefak yang Ditemukan di Situs-situs Arkeologi Seko dan Rampi Luwu Utara
Tembikar, Artefak yang Ditemukan di Situs-situs Arkeologi Seko dan Rampi Luwu Utara
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif

Solheim berhasil mengidentifikasi dan mengenali bentuk-bentuk maupun hiasan tembikar yang umum dijumpai di Asia Tenggara.
Yaitu tembikar tradisi “Sa Huynh-Kalanay (750 SM-200 M)” yang berkembang di Filipina dan Vietnam.
Serta tradisi “Bau-Malayu (200-300 M)” yang berkembang di Cina Selatan, Vietnam bagian utara, Taiwan dan beberapa tempat di Filipina, Malaysia Timur dan Indonesia (Soejono, 1984: 269, McKinnon, 1996:2).
Selanjutnya diterangkan lagi oleh Solheim (dalam Soejono, 1993:269-270) tentang persamaan dan perbedaan antara kedua tradisi.
Memasuki masa perundagian, pembuatan tembikar mulai ditingkatkan baik dari aspek teknologi maupun aspek sosialnya.
Aspek teknologi memperlihatkan bahwa pengerjaan tembikar mulai kompleks dengan penggunaan alat tatap-batu dan roda putar.
Motif hias yang dihasilkan juga semakin beragam yang dibuat dengan berbagai teknik hias.
Arkeolog ketika menemukan tembikar akan berupaya untuk membuat tembikar tersebut “bicara” tentang dirinya, sehingga kita
mendapatkan informasi kesejarahan maupun kebudayaan masa lalu.
Arkeolog akan melakukan pengamatan secara seksama pada tembikar untuk mengidentifikasi atributnya baik temper, tekstur, dan tipologinya.
Pengamatan pada temper pecahan tembikar yang dilakukan dengan menggunakan bantuan kaca pembesar bertujuan untuk melihat partikel yang terkandung pada penampang tiap pecahan.
Partikel temper pada penampang pecahan yang terlihat terdiri dari dua jenis, yaitu pasir dan grog, selain itu terdapat pecahan tembikar yang tidak memiliki temper.
Proses identifikasi tembikar yang menggunakan temper jenis grog, dilakukan dengan memperhatikan perbedaan warna partikel yang terdapat pada penampang pecahan.
Jika pada penampang pecahan tembikar, terdapat partikel tanah liat yang menyatu dan memperlihatkan perbedaan warna dengan warna penampang pecahan, maka partikel tersebut diidentifikasi sebagai grog.
Dalam proses pembuatan tembikar tidak selalu hanya menggunakan tanah liat.
Bahan utama tersebut kadang dicampur dengan bahan-bahan lain, untuk mengurangi sifat tanah liat yang plastis.