Inspirasi Ramadan Hamdan Juhannis
Bumi Kebermaknaan (17): Jangan Mendewakan Arogansi Saat Berada dalam Kehidupan Surplus
berbuatlah yang terbaik bagi kemanusiaan selagi mendapatkan fasilitas kehidupan yang berlebih, sebelum kemewahan itu berakhir
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Saya lupa siapa yang ceritakan atau di mana saya membaca cerita berikut ini, yang menyajikan drama kehidupan yang sangat apik.
Ada pasangan suami isteri yang baru menikah.
Mereka membangun kehidupannya dari nol.
Mereka memulai dengan jual-jualan di pasar.
Usahanya membaik, mereka menyewa los jualan, dan tidak lama sudah bisa dibelinya.
Kemudian mereka membeli toko.
Setelah lebih berkembang, mereka mulai berbisnis antar daerah dengan memiliki beberapa mobil angkutan.
Pasangan ini kemudian bahkan mengembangkan usahanya sampai bisa mengekspor.
Mereka kemudian tumbuh menjadi salah satu orang terkaya di kota itu.
Suatu malam, pasangan ini sedang makan malam di rumah mewahnya.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dengan salam yang memelas. Isterinya pergi mengecek pintu.
Dan setelah itu kembali ke meja makan dan berkata kepada suaminya, "Ada pengemis yang minta makan malam."
Suaminya memintanya untuk mengunci kembali pintu supaya makan malamnya tidak terganggu.
Beberapa tahun kemudian, terjadi masalah pada usahnya, bisnisnya goyah, mulai merugi, aset usahanya banyak dijual dan disita.
Tidak lama kemudian bisnisnya bangkrut. Suami dari pasangan ini menjadi gila dan meninggalkan isterinya entah ke mana.