Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir NTT

Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas Buka Dapur Umum di Lokasi Banjir NTT, Suplai 208 Pengungsi Waiwerang

Tim relawan Ikatek Unhas dan Berbagi Bersama harus melakukan perjalanan panjang selama 4 jam untuk ke lokasi bencana.

Editor: Arif Fuddin Usman
Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas Buka Dapur Umum di Lokasi Banjir NTT, Suplai 208 Pengungsi Waiwerang - korban-banjir-ntt.jpg
dok ikatek unhas
Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas dan Berbagi Bersama mengaktifasi Dapur Umum untuk korban Banjir NTT di Desa Waiburak dan kelurahan Waiwerang Kota Kecamatan Adonara Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/4/2021).
Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas Buka Dapur Umum di Lokasi Banjir NTT, Suplai 208 Pengungsi Waiwerang - dapur-umum-untuk-korban-banjir-ntt-di-desa-waiburak-dan-kelurahan-waiwerang.jpg
dok ikatek unhas
Tim Reaksi Cepat Ikatek Unhas dan Berbagi Bersama mengaktifasi Dapur Umum untuk korban Banjir NTT di Desa Waiburak dan kelurahan Waiwerang Kota Kecamatan Adonara Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis (8/4/2021).

"Semoga kelak warga tidak kekurangan air bersih lagi kedepannya, tuturnya," pungkasnya.

Bangun Masjid Darurat

Aktivitas kemanusiaan masih terus dilakukan selama masa pemulihan ini sejumlah organisasi maupun komunitas lokal, nasional, hingga internasional.

Tak terkecuali Ikatan Alumni Teknik (Ikatek) Unhas dan komunitas Berbagi Bersama yang terus memberikan perhatian ke pengungsi sejak musibah terjadi.

Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi serta didukung komunitas Masyarakat Hijrah Tanpa Nama (MaHtaN) telah membangun dua masjid darurat di lokasi pengungsian.

Komunitas Bersama Berbagi dan MaHtaN menyerahkan masjid darurat bernama
Komunitas Bersama Berbagi dan MaHtaN menyerahkan masjid darurat bernama "Kembali Ke Allah" di Dusun Galung Timur, Kelurahan Galung, Kecamatan Tappalang Kabupaten Mamuju, 1 Maret 2021. (dok ikatek unhas)

Koordinator Tim Relawan Ikatek Unhas dan Bersama Berbagi Muh Syukri Turusi, mengatakan pembangunan masjid darurat dilakukan karena menjadi kebutuhan warga.

"Apalagi ini sudah semakin dekat dengan bulan Ramadan 1442 Hijriah. Warga di pengungsian minta dibangunkan masjid darurat," kata Rully --sapaan Muh Syukri Tusuri.

"Sebab, masjid yang lama milik warga terdampak gempa dan kondisi tidak memungkinkan lagi untuk dipakai," jelasnya dalam rilis ke tribun-timur.com.

Rully melanjutkan, Ramadan 1442 H kurang dari 40 hari lagi. Bulan mulia dimana amal-amal baik dilipatgandakan oleh Allah segera kita hadapi.

"Kondisi masyarakat Korban Gempa Mamuju dan Majene masih belum pulih. Masih banyak warga yang tinggal di tenda-tenda pengungsian," ujarnya.

Bahkan sebagian warga, khususnya di wilayah Majene terdampak gempa, telah membuat hunian sementara atau Huntara di pekarangan rumah mereka.

Mereka membangun Huntara, karena sebagian besar warga masih belum berani memperbaiki rumah yang roboh.

Saat ini, kondisi di Majene juga masih menunggu musim panenan padi tiba, beberapa bulan lagi.

Sedangkan hasil kebun banyak yang gagal karena tertimbun longsor. Sebagian warga lagi memberanikan diri untuk melaut pasca Gempa.

"Masih banyak Masjid yang roboh pascagempa dan belum dilakukan perbaikan maupun pembangunan masjid-masjid darurat," kata Muh Syukri Tusuri. (*)

#bersamaberbagi #ikatekuh #ikaunhas #Humanity #longsor #infomakassar #sedekah #sedekahharian #longsorntt #sedekahonline #sedekahmembawaberkahuntuksemua

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved