Tribun Bone
Bola Soba yang Membakar Nurani dan Heroisme Bone
bagi mereka yang betul-betul memahami sejarah, tentu saja visinya berbeda. Sebab, Bola Soba telah membakar nurani dan heroisme Bone.
Memelihara ingatan kita antara masa lalu dan saat ini.

Amnesia Sejarah
Kini setelah Bola Soba terlanjur menjadi puing-puing.
Sontak semua menangis, adapula yang kerasukan untuk menunjukkan penyesalan yang mendalam.
Bupati Bone bahkan berjanji akan segera menggantinya dengan bangunan yang lebih baik.
Tapi, sesederhana itukah?
Ya, di mata sebagian orang, Bola Soba bisa diganti dengan menghitung anggaran, menyiapkan pimpro lalu membangunnya kembali. Selesai!
Namun, bagi mereka yang betul-betul memahami sejarah, tentu saja visinya berbeda. Sebab, Bola Soba telah membakar nurani dan heroisme Bone.
Ludesnya Bola Soba harus menjadi refleksi bersama, menjadi momen untuk membangun kesadaran kolektif—warga Bone—untuk menempatkan sejarahnya pada aras yang tinggi, sehingga menjadi spirit yang terus mengispirasi.
Artinya, sebuah artefak sejarah bukan sekadar seonggok bangunan fisik.
Melainkan memiliki semacam “ruh”, memiliki aura yang dapat memancarkan banyak hal untuk kemajuan masyarakat.
Pengalaman penulis yang berkesempatan hidup merantau ke Taiwan dan Inggris Raya.
Mereka adalah bangsa yang pandai betul merawat peninggalan sejarahnya.
Dengan visi dan manajemen modern, setiap peninggalan sejarah dibuat seolah-olah bercerita.
Museum-museum selalu ramai bukan saja oleh para turis melainkan juga generasi mudanya.
Bagi mereka sejarah yang terawat akan membebaskan mereka dari amnesia kolektif yang dapat menyebabkan sebuah bangsa kehilangan rasa percaya dirinya.
Di Kota Norwich, sekitar 3 jam dari London, bangunan benteng berusia ratusan tahun yang nyaris tidak utuh lagi, alih-alih dihancurkan dengan buldoser, justru dibuat seolah-oleh menyelimuti mal, beberapa bagian dinding benteng sengaja diberi etalase dengan keterangan lengkap agar pengunjung mal tidak lupa bahwa di tempat mereka berdiri, para pejuang terdahulu mempertaruhkan segalanya demi mempertahankan kota tersebut.
Bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh, dapat memasuki area museum yang dibuat satu bangunan dengan mal tersebut.
Intinya, masyarakat diberi akses seluas-luasnya agar sadar dengan sejarahnya!
Di pusat Kota Tainan, ibu kota lama Taiwan, sebuah “pesantren” Kunfusius yang berusia ratusan tahun tetap terjaga keasliannya, meskipun telah beberapa kali direnovasi. Lokasinya sengaja dibuat terbuka dengan halaman luas yang dipenuhi tanaman, menyatu dengan Kota Tainan yang bersahabat.
Masyarakat dari berbagai kalangan dapat mengakses peninggalan bersejarah ini setiap saat.