Tribun Bone
Bola Soba yang Membakar Nurani dan Heroisme Bone
bagi mereka yang betul-betul memahami sejarah, tentu saja visinya berbeda. Sebab, Bola Soba telah membakar nurani dan heroisme Bone.
Dan, mereka yang hilang jati dirinya tidak pernah menjadi bangsa yang unggul.
Mereka selamanya akan menjadi kanak-kanak yang tidak bisa optimal dalam berpikir dan bertindak.
Apa yang disampaikan Cicero itu dipahami betul oleh kaum penjajah, yang selalu menjaga jarak antara sejarah sebuah bangsa dan bangsa itu sendiri agar mereka dapat melanggengkan kekuasaannya, melegalkan eksploitasi sehingga membuatnya terus terpuruk.
Atas argumen itu pula, peninggalan berharga negara-negara jajahan selalu dijarah para penjajah ke negerinya dan sulit untuk kembali—termasuk artefak-artefak tak ternilai peninggalan Kerajaan Bone.
Lihat saja faktanya, para cendekiawan nusantara yang ingin mengulik sejarah bangsa kita akan berbondong-bondong ke Belanda.
Mereka menjadikan Universitas Leiden sebagai kiblatnya, sebab di sanalah bongkahan sejarah masa lalu kita dipendam dan di “jaga”.
Lalu bagaimana kita sebagai bangsa?
Bone sesaat lagi akan memperingati hari jadi yang ke 691.
Usia yang nyaris 7 abad tersebut belum menunjukkan tanda-tanda penghargaan tinggi terhadap peninggalan sejarahnya.
Bahkan, Bola Soba yang wujud fisiknya sangat besar hingga akhirnya ludes terbakar, belum dioptimalkan sebagai aset budaya yang harus dijaga dengan standar tinggi.
Cara kita mengelola artefak budaya sangat jadul, jauh dari sistem keamanan dan manajemen layaknya menjaga pusaka berharga.
Peninggalan sejarah kita hanya seperti seonggok benda tanpa hasrat nyata untuk menjaga dan mendalaminya untuk mendukung pembangunan karakter bangsa.
Sangat wajar jika banyak masyarakat Bone tidak tahu sejarah Bola Soba.
Meski setiap hari berlalu lalang di depan Bola Soba, mereka bahkan tidak pernah menyempatkan diri menengok apa isinya.
Nah, jika secara fisik saja masyarakat tidak bisa terlibat, lalu bagaimana bisa mengajak mereka terlibat intens secara psikologis?
Seperti memiliki rasa bangga untuk menjaga, menceritakan kepada anak-cucu kisah-kisah heroik yang ada dibaliknya, atau menjadikannya muatan lokal pelajaran sejarah di sekolah-sekolah agar generasi muda tahu bahwa dulu ada sebuah kerajaan besar di timur yang sanggup menantang hegemoni Kerajaan Gowa dan sekutunya bernama Kerajaan Bone.
Dan Bola Soba adalah simbol nyata yang bisa memediasi hal tersebut.