Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Senyum

HARI-HARI ini, ketika politik menjadi pasar yang tak pernah sepi walau virus masih tak menepi, ketika politik hanya melahirkan pertengkaran yang tak

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Abdul Karim 

Ketika Jokowi didaulat menjadi Wali Kota Solo, senyumlah menjadi grand programnya.

Di setiap kantor jawatan, ia menginstruksikan pejabat dan pegawai untuk menebar senyum.

Kadis Satpol PP ia mutasi lantaran mengajukan anggaran untuk pembelian pentungan.

Sang wali kota heran; "Siapa yang hendak engkau pukul?". Warga tak boleh dipukul. Ia harus dipikul, tentu dengan senyum."

Hasilnya, layanan pemerintahan untuk warga mengalir tanpa kebuntuan.

Padahal, sebelumnya layanan pemerintahan seringkali mengalami kebuntuan.

Di situ, senyum meretakkan kebuntuan yang menyumbat.

Di situ senyum adalah solusi. Itu dulu, saat memimpin Solo.

Tetapi sepantasnya, senyum menjadi program kampanye setiap perhelatan kontestasi politik, saat Pemilu atau saat Pilkada.

Barangkali ini penting agar politik tak berlangsung dengan ketegangan yang massif.

Kita butuh calon kepala daerah yang mengandalkan senyum sebagai program politiknya, yang mengandalkan senyum sebagai kekuatan mengelolah pemerintahan.

Tak usah menjanji rakyat dengan kalimat-kalimat ribet.

Cukup meyakinkan rakyat bahwa program senyum akan membuat seluruh lapisan masyarakat tersenyum kelak.

Di saat mereka memerlukan layanan pemerintah, senyum ceria pasti ada, sebab mutu layanan yang terberikan.

Tak ada lagi warga merintih karena kemiskinan, semua akan tersenyum lantaran program yang dilancarkan memang mengusir kemiskinan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved