Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Senyum

HARI-HARI ini, ketika politik menjadi pasar yang tak pernah sepi walau virus masih tak menepi, ketika politik hanya melahirkan pertengkaran yang tak

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Abdul Karim 

Abdul Karim

Anggota Majelis Demokrasi dan Humaniora (MDH) Sulsel

HARI-HARI ini, ketika politik menjadi pasar yang tak pernah sepi walau virus masih tak menepi, ketika politik hanya melahirkan pertengkaran yang tak jelas ujungnya, ketika penjahat mengutuk penjahat yang tersergap--kita seolah hidup di hutan rimba yang ganas.

Sebuah dunia yang sepi optimisme akan keselamatan seluruh penghuninya.

Sebab, yang kuat di suatu waktu dimangsa oleh yang kuat lainnya.

Yang jahat, di lain masa akan dijahati oleh penjahat lainnya.

Kecemasan lantas menjadi suara-suara menyeramkan.

Di situlah kita perlu senyum.

Senyum akan mengantarkan kita pada dunia yang ramah tanpa kecemasan yang mengerikan.

Senyum membawa kita untuk mengenali liuk-liuk prikehidupan.

Senyum membenamkan kita pada dunia yang konon menyehatkan.

"Senyum itu ibadah," kata pengkhutbah agama.

Dan menurut sebagian orang--terutama penganjur kesehatan--membilangkan senyum itu menyehatkan.

Jadi, bila hendak beribadah, ingin sehat, ongkosnya tak ada, rajin sajalah tersenyum.

Tetapi Covid 19 selalu saja membuat kita murung.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved