Natalius Pigai
Natalius Pigai Korban Rasisme, Refly Harun: Kalau yang Dihina Pendukung Jokowi Langsung Ditangkap
Setelah melontarkan penolakan untuk divaksin, Natalius Pigai mendapat perlakuan rasisme dari netizen di sosial media.
Namun menurut Refly, unggahan menyandingkan Pigai dengan seekor gorila dengan keterangan demikian adalah hal yang jauh dari kata wajar.
"Tapi masalahnya adalah apa yang dilakukan Ambroncius Nababan itu sangat keterlaluan," tegasnya.
Ia berharap ada tindak lanjut dari aparat penegak hukum meski tanpa adanya pelaporan.
"Mudah-mudahan aparat penegak hukum memahami dan kemudian ada sense of justice di sana," harapnya.
Refly meminta agar aparat bersikap inisiatif menganggap kejadian ini sebagai pelanggaran hukum.
"Yang saya inginkan bahwa kalau memang penegak hukum baik inisiatif menganggap ini sebuah pelanggaran hukum maka penegak hukum itu sendiri yang memiliki kesadaran tanpa perlu didorong-dorong."
"Tetapi kalau Natalius Pigai sendiri yang merasa terhina sebaiknya Natalius sendiri yang mengadukan," tandasnya.
Seperti diberitakan Sosok.ID sebelumnya, melalui tayangan di kanal YouTube Karni Ilyas Club (ILC), Minggu (17/1/2021), Natalius Pigai menyatakan setuju divaksin virus corona.
"Saya termasuk orang yang setuju divaksin, tapi jumlah penduduk Indonesia kan 276 juta orang, saya yang ke-276 juta. Saya antri setelah 275 juta yang divaksin, baru saya 276," kata Pigai, dikutip via GridHot.ID.
Tetapi menurutnya, pemerintah tak seharusnya mewajibkan hal tersebut.
Pigai menyebutkan bahwa warga negara berhak menentukan pilihannya untuk divaksin atau tidak.
"Karena saya leader dalam konteks ini memajukan soal HAM," ucapnya.
"Artinya saya tidak menolak dan kita respek adanya keinginan baik pemerintah di dalam pelayanan kesehatan. Tapi jangan salah langkah, jangan memaksa," tambah dia.
Baca juga: Ambrosius Nababan, Ketua Relawan Joko Widodo Akhirnya Minta Maaf ke Natalius Pigai dan Warga Papua
Baca juga: Kata Mahfud MD Soal Foto Natalius Pigai Disandingkan dengan Gorila: Diamkan Saja
Pigai pun mengaku lebih memilih membeli vaksin sendiri ketimbang menggunakan vaksin dari pemerintah.
"Yang jelas saya tidak pilih vaksin yang diumumkan pemerintah, karena mereka sudah terlanjur menciptakan vaksin itu di dalam pro dan kontra," ungkap Pigai.
"Saya pergi cari saya bisa beli sendiri, mau 10 juta, 20 juta yang penting saya bisa hidup, tapi saya kasih vaksin itu ke dokter Indonesia karena kita juga ikuti nasionalisme," tambahnya.
Bagi Pigai, untuk hal yang menyangkut hak hidupnya, entah sehat atau tidak akan ditentukan oleh dirinya sendiri. (*)