Hidup Tentram ala Warga Desa Popenga Majene, Semua Masalah Diselesaikan Secara Adat
Jika terjadi perkelahian antar warga, maka aturan yang dikedepankan adalah hukum adat.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
Desa Popenga saat ini dipimpin oleh Muslimin, kepala desa terpilih.
Selain masih menerapkan hukum adat, warga desa Popenga juga didiami mayoritas penduduk muslim.
Terlihat dari pakaian yang dikenakan warganya.
Kaum wanita nyaris tidak terlihat ada yang keluar rumah tampa jilbab.
Dan umumnya mereka mengenakan jilbab besar, yang menutupi hingga badan.
Begitu juga kaum pria, kebanyakan mengenakan celana puntung (panjang hingga di atas lutut) dan kebanyakan mengenakan kopia.
Kebanyakan kaum pria di desa itu juga kerap keluar daerah melakukan syiar agama (jamaah tabligh).
Jamaah tabligh itu, biasanya dilakukan seusai musim panen.
Hasil bumi yang kerap dipanen warga setempat, ialah padi, cokelat dan umbi-umbian.
Cerita soal penerapan hukum adat di Desa Popenga itu, diperoleh jurnalis tribun saat meliput penyaluran bantuan melalui jalur udara, Jumat (22/1/2021)
Penyaluran bantuan itu dilakukan oleh TNI Angkatan Laut menggunakan helikopter.
Heli anti kapal selam milik TNI AL itu terbang dari KRI dr Soeharso yang sandar di Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Mamuju.
Pengangkutan bantuan lewat jalur udara itu dilakukan setelah akses jalan ke Desa Popengan dan desa tetangganya, Ulumanda tidak dapat diakses lewat jalur darat.
Jalan yang menghubungkan pusat pemerintahan di Kecamatan Ulumanda, terputus akibat tertimbun reruntuhan material longsor.
Warga di dua desa itu pun terisolir akibat gempa bermagnitudo 6,2 yang mengguncang Sulbar, Jumat pekan lalu.
Selain memutus akses jalan, gempa yang berpusat di Majene itu, juga memutus jaringan listrik ke desa Popenga dan Ulumanda.
Pasalnya, timbunan material longsor yang menutupi jalan juga merebahkan sejumlah tiang listrik yang ada.
Padahal, kedua desa itu baru enam bulan teraliri listrik oleh PLN.