Tribun Wiki
Mengenal Tiga Tenun Khas Sulawesi Barat dan Proses Pembuatannya, Corak dan Polanya Unik
Mengenal Tiga Tenun Khas Sulawesi Barat dan Proses Pembuatannya, Corak dan Polanya Unik
Penulis: Nurhadi | Editor: Hasriyani Latif
Sure’ berbentuk garis geometris sederhana yang merupakan motif klasik Lipa Saqbe Mandar, sedangkan motif bunga merupakan perpanjangan dari motif sure’ dengan penambahan berbagai dekorasi, baik itu unsur flora maupun fauna.
Dari kedua motif atau corak tersebut menurunkan penamaan lain berdasarkan filosofinya dari aspek sosial, religi, dan budaya.
Pembuatan sarung sutera mandar memiliki beberapa tahapan, yakni:
1). Pemilihan Benang (Bannang) yang meliputi ma’unnus (penarikan benang) dan matti’or (pemintalan benang);
2). Pewarnaan (Maccingga) dari bahan alam dan kimia;
3). Pelilitan benang pada kaleng (Manggalenrong);
4). Pemindahan benang ke bambu untuk dijadikan benang pakan (Mappamaling);
5). Sumau’ atau tahap mengatur benang lungsin untuk membuat sautan (panjangnya sekitar 6 meter);
6). Mappatama atau tahap memasukkan benang lungsin yang sudah dilepas dari sautan ke dalam Tandayang untuk ditenun; dan
7). Manette atau tahap menenun.
Motif Sarung Sutra Mandar ada 11, yakni: Sure’ Penghulu, Sure’ Mara’dia, Sure’ Puang Limboro, Sure’ Puang Lembang.
Sure’ Batu Dadzima, Sure’ Padzadza, Sure’ Salaka, Sure’ Gattung Layar, Sure’ Penja, Sure’ Bandera; dan Sure’ Beru-beru.
Proses pembuatannya sendiri memakan waktu 1 pekan hingga bulanan tergantung dari motif dan besar ukuran sutra mandar itu.
Umumnya dijual di galeri-galeri suvenir yang ada di kabupaten Polewali mandar dan majene dengan harga mulai Rp 200 ribuan hingga jutaan rupiah.(*)