Pensiun, 16 Tahun Naisyah Tun Azikin Pimpin Dinkes Makassar
Naisyah Tun Azikin menjabat Kadis Kesehatan sejak 9 September 2005, di masa pemerintahan Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin.
Penulis: Rudi Salam | Editor: Mahyuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin memasuki masa pensiun hari ini, Kamis, (22/10).
Dengan begitu, jabatan Kadis Kesehatan akan kosong untuk sementara waktu.
Penjabat Wali Kota Makassar Rudy Djamaluddin memastikan tidak akan membiarkan ada kekosongan jabatan di jajarannya.
Untuk itu, posisi Kadis Kesehatan akan diisi pelaksana tugas.
Hal itu dilakukan agar segala urusan di Dinkes Makassar tetap berjalan.
Terlebih saat ini masa pandemi Covid-19.
Baca juga: Swab Massal di 4 Kecamatan Makassar, Biringkanaya Hari Ini, Rappocini Besok
Baca juga: Satu Pegawai Dinkes Bone Positif Covid-19, Tim PPC-19 Lacak Kontak Pasien
Baca juga: 5 Fakta Perkara John Kei, Buka-bukaan Soal Penyebab, Berkas Lengkap, hingga Sebut Nus Kei Anak Buah
Kendati demikian, Rudy belum menyiapkan figur untuk mengisi jabatan itu, termasuk menggodok nama pengganti Naisyah T Azikin.
“Hatinya harus kita jaga. Orang masih kerja, masa kita bahasmi Plt-nya,” ucap Rudy.
Naisyah Tun Azikin menjabat Kadis Kesehatan sejak 9 September 2005, di masa pemerintahan Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin.
Alumni Kedokteran Unhas itu pernah menjabat Plt Sekkot Makassar selama tiga bulan di masa pemerintahan Wali Kota Danny Pomanto.
Baca juga: Link Login eform.bri.co.id/bpum buat Cek Nama Penerima BLT UMKM, Jangan Daftar di depkop.go.id
Baca juga: Ramalan Ramalan Zodiak Kamis 22 Oktober 2020: Gemini Leo Pisces Taurus Aries hingga Libra
Baca juga: DPRD Sulsel Tinjau Bendung dan Jaringan Irigasi Lalenrie Bone
Dia pernah menjabat kepala Puskesmas Kassi-kasi 1998 hingga 2005.
Wanita kelahiran Bantaeng, 14 Oktober 1960 itu menjadikan Puskesmas tersebut sebagai contoh dan teladan di Makassar, bahkan di Sulsel.
Alumni SMAN 1 Makassar itu dipersunting Erwin Arsad 28 Maret 1982, yang kemudian dikaruniai tiga anak, Ervina Mariani (1983), Harry Adiwinata (1987) dan Muh Rachmat Maulana (1989).(*)