Tribun Makassar
Kumpulkan 23 Rektor, NA: Kalau Bisa Berdialog, Kenapa Kita Turun ke Jalan
Nurdin Abdullah kembali membuka ruang dialog dan meminta masukan dari berbagai pihak terkait Undang-undang (UU) Cipta Kerja.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Hasriyani Latif
"Banyak hal lain yang memudahkan masyarakat kita. Saya kira patut kita apresiasi terlepas dari kelemahan daripada Undang-undang Omnibuslaw ini. Tapi saya melihat inilah saatnya Indonesia berubah," imbuhnya.
Undang-undang ini juga hadir, agar Indonesia menjadi salah satu tujuan relokasi industri. Sebab selama ini negara lain di Asia lebih dilirik seperti China, Vietnam, Laos dan Myanmar.
"Kenapa Indonesia tidak menjadi salah satu tujuan relokasi industri dari luar, bahkan mereka cenderung ke Cina, Vietnam, Laos dan Myanmar. Itu karena mereka sangat memahami kita terlalu banyak aturan, aturannya tumpang tindih, birokrasi yang panjang dan berbelit-belit," jelasnya.
Sementara itu, Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam mengapresiasi pendekatan yang dilakukan Nurdin Abdullah dalam menghadapi demonstran dan mengakomodir tuntutan mereka.
"Jadi Pak Gubernur ini kalau menghadapi mahasiswa itu tampilannya bukan sebagai gubernur, tetapi tampilannya sebagai seorang pengajar," ungkapnya.
Sedangkan, Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI), Prof Dr Basri Modding, memaparkan kondisi sivitas akademika UMI selama proses dan dinamika undang-undang ini. Termasuk, seorang dosen yang dilaporkan jadi korban salah tangkap polisi pada 8 Oktober lalu.
Ia juga mengapresiasi upaya gubernur dalam mendengarkan masukan dari pihak kampus yang membuka ruang dialog.
"Ini adalah ciri khas pemerintah yang melayani, bukan dilayani," imbuhnya.(*)
Laporan Wartawan tribun-timur.com, @fadhlymuhammad