Bendungan Kampili Minta Nyawa, Korbannya Pria Bercelana Jeans
Objek wisata ini unik karena menyerupai Grand Canyon yang ada di Sungai Colorado di utara Arizona, Amerika Serikat
TRIBUN-TIMUR.COM - Seorang pengunjung Bendunga Kampili, di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, ditemukan tewas di tengah kolam sedalam 5 meter, Senin (17/8/2020).
Korban bernama Oktavianus, warga BTN Manggarupi, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Korban ditemukan tak bernyawa oleh pengunjung lain pukul 18.00 Wita. Ia diperkirakan tenggelam sekira pukul 15.00 Wita.
Salah seorang saksi mata mengatakan, Oktavianus datang ke objek wisata tersebut bersama rekan-rekannya.
Saat berenang di kolam dalam tersebut, mengenakan celana jeans.
“Kemungkinan ia tidak bisa berenang,” kata Herman, saksi mata.
Dirangkum tribun-timur.com, berikut fakta-fakta kejadian naas tersebut:
1. Dievakuasi Petang
Jenazah almarhum baru dapat dievakuasi jelang petang. Jenazah warga asal Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut kemudian dievakuasi dan dibawa ke rumah duka sebelum dimakamkan.
Proses evakuasi almarhum menarik perhatian sejumlah warga.
Karena medan berbatu, evakuasi sedikit terkendala
2. Jadi Objek Wisata
Bendungan Kampili memang menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi warga saat liburan.
Objek wisata ini unik karena menyerupai Grand Canyon yang ada di Sungai Colorado di utara Arizona, Amerika Serikat.
Bendungan ini dipenuhi bebatuan besar dan arus air yang menjadikan bentuknya semakin unik. Bukan hanya itu, celah-celah bebatuan yang besar membuat tempat ini sangat cocok buat swafoto.
Keindahan bebatuan di bendungan Kampili dapat terlihat saat musim kemarau. Sebab pada saat itu, lokasi bebatuan tidak ditumbuhi lumut dan air sungai juga tidak keruh.
Saat musim kemarau, masyarakat banyak berdatangan untuk mengabadikan momen, bahkan ada yang sengaja untuk mengabadikan foto pra weeding di tempat ini.
Untuk mencapai lokasi, jarak tempuh untuk sampai di bendungan Kampili dari Kota Makassar, sekitar 45 menit. Sedangkan jika dari Gowa bisa ditempuh kurang lebih 30 menit.(*/tribun-timur.com)
3. Anggota DPR Minta Perbaikan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Komisi XI, H.M Amir Uskara
Anggota DPR RI Dapil Sulsel , HM Amir Uskara meninjau kondisi irigasi Bendung Kampili di Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Rabu (20/2/2019)
Amir tercengang melihat kondisi bendungan yang tanpa air atau mengalami kekeringan, karena terjadinya peralihan arus air Sungai Jeneberang akibat banjir yang terjadi Januari 2018 lalu.
Kondisi ini menurut Amir Uskara, bisa mengancam sekira 50 ribu petani di sekitar Gowa dan sekitarnya karena sawah terancam tidak teraliri air pada masa tanam kedua.
Pemerintah diminta segera melakukan langkah antisipatif.
"Ini terkait dengan kehidupan mungkin sekitar 50 ribu masyarakat petani yang ada di Kabupaten Gowa dan sekitarnya. Tentu butuh perhatian khusus dari pemerintah," ujar Amir via rilis ke Tribun,
Sekretaris Fraksi PPP Dpr Ri ini, mendesak Kementerian PUPR melalui Balai Pompengan diharap segera melakukan antisipasi kekeringan air bagi warga ketika musim tanam kedua tahun ini.
"Dari segi anggaran, Kementerian PUPR atau Balai Pompengan bisa mengalihkan untuk menangani ini karena sudah masuk kondisi darurat. Paling tidak balai pompengan bisa menggeser sedimen atau pasir yang menumpuk di sungai ini agar air bisa masuk ke irigasi kampili," tutur Amir Uskara.
"Ini sekali lagi terkait kehidupan 50 ribu masyarakat petani Gowa dan sekitarnya agar bisa menanam pada musim tanam kedua tahun ini," tegas Amir, menyuarakan aspirasi konstituennya.
Sementara itu, warga Pallangga Ramli Rewa menjelaskan, perbaikan permanen di Bendungan Kampili tidak dapat dilakukan segera mengingat waktu yang relatif cukup lama, apalagi di tengah kondisi darurat air untuk pengairan sawah petani.
"Tetapi paling tidak dia harus mengambil tindakan, apakah dana yang dimiliki bisa digeser ataukah dana bencana alam yang bisa dilakukan untuk sampai bulan 4 dilakukan pergeseran sedimen atau pasir yang menumpuk di sekitar bendungan," tutur Ramli.
Menurut Ramli, ada sekitar 10.445 hektar sawah petani yang tak digarap apabila Bendungan Kampili tidak memiliki air.
Ia pun memperkirakan kerugian masyarakat petani bisa mencapai miliaran rupiah apabila tak bisa menanam pada musim tanam kedua tahun ini.
"Kalau mereka tidak menikmati lagi musim tanam kedua, tentu saja ekonomi kerakyatan tak bisa dirasakan. Bagaimana dengan petani yang sudah meminjam uang untuk beli pupuk sementara dia tidak menanam di musim tanam kedua ini karena sawahnya tidak dialiri air," kata Rewa.