Gigihnya Perjuangan Emak-emak Pulau Kodingareng Makassar Tolak Tambang Pasir
Bersama ratusan nelayan Kodingareng, Hasmiah ikut melakukan perlawanan dengan mengusir kapal-kapal pengeruk pasir milik PT Royal Boskalis.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
Saat menyantap persediaan makanan yang dibawa, keringat Hasmia tampak belum kering.
Dihampiri awak tribun, ibu enam orang anak itu pun bercerita betapa pengerujan pasir laut itu mengancam keberlansungan ekonomi keluarganya.
"Sebelum ada pengerukan ini, suamiku (Ngenjeng) biasaji dapat Rp 200-300 ribu sehari kasihan, ini setelah ada ini pengerukan berkurangmi. Bahkan kemarin seharian keluar cari ikan tidak dapat karena pucak ki itu air laut, lari semua ikan," kata Hasmiah.
Kondisi itu diperparah dengan masa Pandemi Covid-19 yang mengharuskan tiga putrinya belajar di rumah.
Kebijakan belajar daring dari rumah itu, membuatnya harus membeli paket data.
"Apalagi sekarang ini tiga anakku belajar pake hape semua kasihan, biasa dua hariji napake datanya habismi lagi. Manami untuk dimakan juga," ujar Hasmia sambil meneteskan air mata.
Senasib dengan Hasmia, kondisi yang sama dialamiibu Airin (26). Ibu dua anak itu juga mengaku kesulitan ekonomi semenjak adanya pengerukan pasir.
Airin bahkan membawa anaknya yang masih berumur dua tahun dari pulau untuk ikut berunjukrasa.
"Saya pak dua anakku masih kecil, butuh susu, butuh popok. Apami mau dimakan kalau suami tidak dapatmi ikan kasihan," celutuk Airin.
Begitu juga yang dirasakan Darti (24). Ibu satu anak ini juga membawa anaknya berunjukrasa agar perjuangan untuk menghentikan pengerukan pasir itu dapat diamini Pemprov Sulsel.
"Susah sekalimi dapat ikan kasihan, karena pucaki air lautka. Biar pakai jaring apaki tidak ada didapat," kata Darti.
Lebih kurang 15 menit berbincang dengan awak tribun, Hasmia, Airin dan Darti yang telah usai santap siang pun bergegas memasuki barisan massa.
Ia ikut berteriak 'Hentikan Pengerukan Pasir' sembari menunggu Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah muncul menemui massa aksi.
Namun, pantaun awak tribun hingga pukul 14.00 Wita, Nurdin Abdullah tidak kunjung menemui massa aksi.
Unjukrasa itu sendiri menyuarakan tuntutan: