OPINI ASWAR HASAN
Dari Einstein Balik ke Al Gazali
Bagi Albert Einstein, "sains tanpa agama lumpuh atau timpang. Sedangkan agama tanpa sains buta."
Hamid Fahmi Zarkasyi, cendekiawan muslim tercerahkan dari Gontor, menyimpulkan bahwa peradaban barat yang maju adalah peradaban tanpa agama (kitab suci), tanpa otoritas teologi alias peradaban tanpa Tuhan.
Barat adalah peradaban yang meninggalkan Tuhan dari dunia rasionalitas keilmuan.
Ilmuan pencerahan barat Immanuel Kant gagal menghadirkan Tuhan dalam filsafatnya. Kant gagal menemukan Tuhan, ia mengaku sering ke rumah ibadah, tetapi tidak masuk.
• Catat, Peserta SKB CPNS Parepare Sudah Bisa Cetak Kartu Ujian 8 Agustus 2020
Seumur hidup hanya dua kali masuk rumah ibadah yang diyakininya yaitu saat dibaptis dan saat menikah.
Bertuhan tanpa beragama
Filsafat dan sains di Barat adalah wilayah nonteologis yang bebas Tuhan. Tuhan berikut agama-Nya tidak ada hubungannya dengan ilmu di dunia empiris.
Tuhan hanya laksana mitologi dalam khayalan yang kemudian menjadikan nasib dunia Barat laksana sedang berjalan dalam ketiadaan yang tanpa batas.
Demikian keluhan Nietzche.
Meski pun demikian bagi Einstein Tuhan itu ada dan agama itu penting, namun Tuhan yang dia maksud tidaklah sebagaimana Tuhan dalam doktrin Agama di Barat yang ramai dipermasalahkan.
Einstein percaya bahwa masalah Tuhan adalah "yang paling sulit di dunia" sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawab "hanya dengan ya atau tidak.
Sebagai pemikir bebas, Einstein masih percaya Tuhan. Hanya saja landasan kepercayaannya itu, tidak dibangun di atas doktrin Agama.
Itulah mengapa ia menyebut dirinya sebagai agnostik.
Einstein mengkarakteristikkan dirinya sebagai "religius yang taat” dalam pengertian “emosi diri dalam penggalangan mistis.
Menurutnya, mistis itulah kekuatan segala seni dan sains sejati. "Emosi yang paling indah yang dapat kita alami adalah mistis.
• FOTO: SMAN 14 Makassar Selama Pandemi Corona Laksanakan Kelas Virtual
Itulah yang tak dapat kita tembus, tapi benar ada, memanifestasikan dirinya sebagai kebijaksanaan tertinggi dan keindahan yang paling bersinar, yang hanya dapat dipahami oleh fakultas kita yang membosankan dalam bentuknya yang paling primitif.