TRIBUN WIKI
Kopi Setia, Kuandy Jita, dan Kho Ping Hoo
Penggalan kisahnya disadur dari buku Kuandy Jita, Gali Lubang Tutup Lubang yang ditulis Andhy Pallawa
5. Pabriknya Pindah Gegara Diprotes Tetangga
Kuandy Jita bersama keluarga dan sepupunya di Bangkok
Keberadaan pabrik penggorengan kopi milik Kuandy Jita yang hari demi hari terus berkembang, mendapat hambatan.
Sejumlah tetangganya keberatan dan bahkan terang-terangan memprotes karena merasa terganggu dengan asap dan bau kopi yang menyengat dari pabriknya.
Sejumlah tetangganya sampai menyatakan keberatannya ke polisi serta sejumlah pihak lainnya.
Beberapa kali Kuandy Jita terpaksa memenuhi panggilan polisi.
Menghormati protes tetangganya itu, pada 1986 Kuandy Jita memindahkan pabrik penggorengan kopinya dari Jalan Irian ke Jalan Ir Sutami. Berjarak sekira 5 km dari jembatan Tallo.
Tapi sebelum memindahkan pabriknya, Kuandy Jita terpaksa harus meminjam uang untuk membeli lahan di Jalan Ir Sutami, Makassar.
Saat itu, katanya, harga tanah di sana masih relatif murah yakni Rp 3.000 per meter persegi.
Ia pun membeli lahan seluas 5.200 meter persegi dengan lima lembar sertifikat. Lahan yang dulunya bekas sawah itu kemudian dibanguni pabrik.
Setelah cukup lama di Jalan Ir Sutami, pabrik kopi milik Kuandy Jita kemudian pindah lagi ke Kawasan Industri Makassar (KIMA).
Ini karena adanya kebijakan Pemerintah Kota Makassar yang menertibkan semua industri dalam satu kawasan tertentu. Ini berlangsung sampai sekarang.
Terkait hal itu, Kuandy Jita kemudian merasa sangat berterima kasih atas protes sejumlah tetangganya.
Sebab dengan demikian, ia ‘dipaksa’ berusaha keras untuk pindah.
“Kalau bukan karena keberatan mereka, boleh jadi usaha saya tidak berkembang seperti sekarang,” tulis Kuandy Jita dalam buku Kuandy Jita, Gali Lubang Tutup Lubang.
Kuandy Jita pun sangat sadar dengan ungkapan arif yang tertanam kuat dalam sukmanya: sui ran bie ren fan cuo, ru guo ni da fa lei ting, jiu shi deng yu na bier en de cuo wu cheng fa zi ji, dao tou lain a fan cuo de ying gai shi ni zi ji le.
Artinya: Saat orang lain berbuat salah dan kau menyambutnya dengan marah, itu sama dengan mengambil kesalahan orang lain sehingga akhirnya kamulah yang bersalah.
Sumber: Buku Kuandy Jita, Gali Lubang Tutup Lubang