TRIBUN WIKI
Kopi Setia, Kuandy Jita, dan Kho Ping Hoo
Penggalan kisahnya disadur dari buku Kuandy Jita, Gali Lubang Tutup Lubang yang ditulis Andhy Pallawa
2. Goreng Kopi di Bekas Kandang Ayam
Saat Kuandy Jita masih anak-anak bersama ibu dan kakaknya
Hanya beberapa pekan menggoreng kopi warung kopi An Cim di Jalan Buru, Kuandy Jita dan Mau Tjiang sepakat pindah ke Jalan Irian, Makassar.
Alat penggorengan dari The Dian Hong pun diboyong dan ditempatkan di sebuah bekas kandang ayam.
Letaknya tepat di belakang rumah Kuandy Jita. Luasnya sekira 2 x 3 meter persegi. Kongsi kedua sahabat ini berjalan lancar.
Kuandy Jita bertugas di bagian produksi. Sedangkan Mau Tjiang menangani pembelian kopi mentah dan pemasaran.
Mau Tjiang memang banyak kenalan hingga mudah membangun jaringan untuk mendistribusikan kopi produksi mereka.
Pasokan kopi mentah dibeli dari Ance Lie Hin dan Angko Tjie Hong di Jalan Agussalim, Makassar.
Belakangan, Mau Tjiang menyatakan ingin bekerja sama dengan kakak iparnya di Jalan Lompo Battang, Makassar, untuk membangun pabrik kopi.
Maka kongsi yang sudah berjalan lebih setahun akhirnya bubar pada tahun 1968.
Kondisi itu membuat Kuandy Jita sempat bingung lantaran kurang menguasai teknik-teknik pembelian bahan baku dan aspek pemasaran.
Juga karena saat itu Kuandy Jita masih berstatus warga negara asing (Tiongkok), sehingga belum mendapat izin memiliki usaha.
Meski demikian, Kuandy tetap melanjutkan usaha penggorengan kopi walau mesti memulai lagi dari nol.
Tercatat pelanggannya saat itu hanya Grand Hotel dan beberapa warung kopi di Makassar.
Ia juga masih menggunakan alat dari The Dian Hong, kendati sudah ketinggalan zaman dengan kapasitas produksi yang sangat terbatas.
Tapi keterbatasan itu justru memicu semangat kerjanya. Omsetnya pun terus naik.
Sumber: Buku Kuandy Jita, Gali Lubang Tutup Lubang