Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Aswar Hasan

Gerakan 3M Wahdah Islamiyah, dari Keluarga untuk Negara

Dalam konteks itu, maka seharusnya para kepala rumah tangga sebaiknya berprinsip; “Rumah Tanggaku, Adalah Negaraku dan Negaraku adalah Rumah Tanggaku”

Editor: Jumadi Mappanganro
Dokumen Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Unhas 

Oleh: Aswar Hasan
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin

Rumah tangga adalah pilar utama suatu negara. Kokoh tidaknya sebuah negara, tergantung seberapa kuat kehidupan keluarga setiap rumah tangga dalam negara tersebut.

Jika ingin menghancurkan masa depan suatu negara, maka abaikanlah pembinaan keluarga dalam rumah tangga negara tersebut.

Kehidupan keluarga yang morat marit dalam suatu negara, cepat atau lambat, pasti akan memengaruhi kondisi negara bersangkutan.

Korelasi pengaruh antara rumah tangga dan negara sudah menjadi kajian ilmu sosial maupun ilmu politik yang secara umum membuktikan adanya korelasi signifikan dalam hubungan yang saling pengaruh dalam pengambilan keputusan ataupun dalam bertingkah laku, yang berkarakter di masyarakat dalam bernegara.

Dalam konteks itu, maka seharusnya para kepala rumah tangga sebaiknya berprinsip; “Rumah Tanggaku, Adalah Negaraku dan Negaraku adalah Rumah Tanggaku”.

Prinsip ini akan menjadi dasar tumbuhnya nasionalisme sejati bagi setiap individu dalam bernegara.

Muhammadiyah Mundur dari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud, Ada Apa? Ini Fakta-faktanya

Prinsip tersebut akan berimplikasi pada idealisme rumah tangga yang berpengaruh pada ideologi dalam bernegara.

Oleh karena itu, jika ingin memperkuat negara melalui civic education (pendidikan kewarganegaraan) maka perkuatlah lebih dahulu melalui keluarga.

Sayangnya, sinkronisasi antara tujuan rumah tangga dan tujuan dalam bernegara lebih sering belum atau tidak nyambung sama sekali.

Kehidupan keluarga bagi setiap rumah tangga setiap warga negara dianggap sebagai hal yang terpisah untuk kepentingan dalam bernegara, sehingga diposisikan sebagai sepenuhnya sebagai ruang privacy tanpa ada kaitan fungsional positif dalam kehidupan bernegara.

Adalah benar dan sudah seharusnya jika negara menjamin untuk melindungi dan tidak mencampuri masalah privacy setiap rumah tangga.

Akan tetapi dari segi fungsi sosial setiap rumah tangga, seharusnya bisa berkorelasi positif dan sinergis dengan tujuan kita dalam bernegara.

Dalam konteks itulah, maka pembinaan rumah tangga keluarga, seharusnya dihubungkan secara fungsional yang subtansif dengan tujuan kita dalam bernegara.

Dengan demikian, setiap kepala keluarga adalah ujung tombak negara itu sendiri.

Sayangnya, pembinaan keluarga rumah tangga acapkali diabaikan oleh negara karena dianggap sudah menjadi tanggung jawab anggota masyarakatnya sendiri.

Kabar Baik, 168 Warga Luwu Timur Sembuh dari Covid-19 Hari Ini

Sementara itu, persepsi kepala keluarga atau ibu rumah tangga masih tidak melihat korelasi positif yang signifikant masa depan rumah tangga dalam kehidupan bernegara.

Sehubungan dengan bagaimana seharusnya melakonkan pembinaan rumah tangga demi kebahagiaan keluarga dan kemaslahatan masa depan negara, penulis merasa perlu mengelaborasi kajian spesial secara online dari Wahdah Islamiyah yang dimotori oleh Lembaga Pernikahan dan Pembinaan Keluarga Sakinah (LP2KS).

Kajian spesial itu mengambil tema “Ayahku Hebat Ayahku Idolaku”.

Kajian menampilkan pembicara hebat yaitu Ustaz Dr Muh Zaitun Rasmin Lc MA selalu Ketua Umum Wahdah Islamiyah Pusat dan Ustadz Bendri Jaysurrahman, konsultan ketahanan keluarga dan penulis buku Fatherman yang saat ini lagi banyak jadi pembicaraan di kalangan keluarga muslim.

Gerakan 3M

Dalam mengawali kajian spesial tersebut Ustadz Zaitun mengemukakan pentingnya gerakan 3 M bagi setiap rumah rangga. Apa sajakah 3 M tersebut?

Pertama, rumah tangga sebagai madrasah.

Setiap rumah tangga muslim seharusnya menjadi madrasah bagi setiap anggota keluarga dan ibu rumah tangga adalah guru pertama dan terakhir setiap murid di madrasah itu.

Sementara sang ayah adakah kepala madrasah yang bertanggung jawab keberlangsungan proses belajar mengajar khususnya bagi ketersediaan fasilitas proses belajar dan mengajar secara aman dan nyaman.

Proses belajar dalam madrasah itu, tidak hanya diwarnai dengan kegiatan transfer pengetahuan.

Mobilnya Ditarik Debt Collector, Pengusaha Bulukumba ini Lapor Polisi

Tetapi yang jauh lebih penting dan utama adalah transformasi kepribadian anak didik untuk berakhlak karimah (sesuai tujuan misi kenabian).

Oleh karena itu, faktor ketauladanan penjadi penting dalam setiap rumah tangga.

Proses transformasi kepribadian sang anak didik dalam madrasah itu, tidak mesti menghadirkan sosok Ayah (kepala sekolah) yang sempurna, tetapi cukup jika anak didik mendapat perhatian dan bimbingan untuk meningkatkan kualitas dirinya agar bisa mandiri.

Adapun kurikulum mendasar dalam madrasah itu, adalah senantiasa merujuk pada Al Qur'an Surah Luqman, ayat 12 dan 19 yang inti mata pelajarannya sekitar 10 poin utama, yaitu:

1. Mentauhidkan Allah dan pantang mempersekutukannya.

2. Pelajaran untuk senantiasa bersyukur kepada Allah.

3. Berbuat baik kepada Ibu Bapak sebagai perilaku utama yang harus ditransformasikan secara baik agar perilaku anak didik semakin baik.

4. Kritis, dan menolak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah, sekalipun itu perintah guru atau kepala sekolah.

Doktrinnya adalah tidak ada ketaatan kepada makhluk jika itu bertentangan dengan perintah pencipta makhluk (laa taata lil makhluk bil maksiat) jadi, anak didik kritis demi Allah.

Kejati Sulsel Terima 7 Laporan Jaksa Nakal

5. Menanamkan keyakinan, bahwa setiap perbuatan baik pasti akan mendapatkan balasan yang baik. Demikian juga sebaliknya.

6. Senantiasa menegakkan sholat secara istiqamah dan konsisten

7. Menegakkan amar makruf nahi mungkar. (mendidik menjadi pejuang kebenaran di tengah masyarakat dan di dalam negaranya).

8. Senantiasa bersabar. Sabar adalah baju besi pertahanan dalam perang kehidupan.

9. Tidak sombong atau angkuh, dan arogan.

10. Senantiasa mengedepankan kesederhanaan.

Kedua, Rumah Tangga sebagai Ma'wa. Ma'wa dalam pengertian bahasa berarti tempat penampungan.

Ma'wa juga berarti nama syurga yang berhiaskan zamrud hijau
اَمَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمۡ جَنّٰتُ الۡمَاۡوٰى نُزُلًاۢ بِمَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah:19).

وَاَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفۡسَ عَنِ الۡهَوٰىۙفَاِنَّ الۡجَـنَّةَ هِىَ الۡمَاۡوٰىؕ

Orang-orang yang takut pada kebesaran Allah swt dan menahan diri dari hawa nafsu buruk.

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at:40-41).

Rumah tangga bagi keluarga muslim adalah laksana surga tempat menikmati kebahagiaan Baiti Jannati – rumahku surgaku.

Demikian ungkapan setiap anggota keluarga, terutama kepala keluarga, sehingga senantiasa rindu ingin kembali ke rumah.

Bukannya sebaliknya, resah jika di rumah dan selalu ingin berlama-lama jika di luar rumah ke rumah hanya jika sudah lelah dan atau jika mau ganti baju dan dan ketika sudah ngantuk tidur, baru pulang.

Ketiga, Rumah tangga sebagai Markaz. Makna kata Markaz disini diposisikan sebagai pusat kekuatan, potensi dan energi.

Olehnya itu, rumah tangga bagi setiap muslim adalah tempat untuk energizer diri agar kembali segar dan kuat.

Rumah tangga sebagai markaz juga merupakan tempat mengkonsolidasikan program dan strategi kehidupan di masa depan.

Masa depan harus dimenangkan dengan perencanaan dan program strategi taktik implementasinya yang disusun dengan tenang dan cermat di rumah tangga sebagai markaz.

Rumah tangga sebagai markaz, laksana benteng yang kokoh, tidak bisa ditembus oleh musuh ( syaithan) dan merupakan tempat yang aman untuk mengkonsolidasikan kekuatan diri untuk menang dalam meraih masa depan ( dunia akhirat).

Trilogi Cita-cita

Di samping implementasi prinsip 3 M dalam keluarga tersebut, maka setiap rumah tangga muslim harus sadar bahwa ia memiliki cita- cita mulia untuk apa dan kemana mengarah seharusnya setiap keluarga muslim bersangkutan.

Tujuan rumah tangga seorang muslim adalah untuk menggapai 3 (tiga) tujuan mulia yang penulis sebutkan sebagai trilogi cita-cita keluarga muslim yaitu menggapai sakinah, mawaddah, wa rahmah.

Di antaranya digambarkan dengan jelas dalam Al Qur’an surah Ar Rum ayat 21 yaitu:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ( Al Qur’an Surah Ar Rum:21)

Makna Li takunuu ilaiha - supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya- merupakan tujuan berkeluarga dan seharusnya menjadi cita-cita luhur setiap keluarga muslim.

Bahwa ketentraman atau assakinah menjadi dambaan setiap keluarga. Lafal tersebut, dari perspektif bahasa, mengandung makna bahwa ketentraman itu tidak datang dengan sendirinya tapi dengan usaha.

Sehingga, seorang pasangan suami istri dalam rumah tangga, harus ada upaya untuk saling menentramkan dan tidak hanya sepihak.
Point kedua dari trilogi cita-cita setiap keluarga muslim adalah menghadirkan mawaddah. Mawaddah dapat diartikan sebagai cinta atau rasa kebersamaan.

Dari Mawaddah itulah lahir generasi penerus dari hasil hubungan cinta yang terjadi secara syarr'i.

Point ketiga adalah warahmah atau kasih sayang.

Keluarga yang dibangun dengan rahmah akan Menjadi cikal bakal masyarakat yang harmoni yang senantiasa tercegah dari konflik.

Mudahnya konflik tersulut di tengah masyarakat, karena boleh jadi anggota masyarakat yang sudah pada krisis nilai-nilai rahmah di kalangan keluarga mereka.

Karena itu keluarga rahmah penting sebagai cikal bakal terbentuknya masyarakat yang harmoni. Wallahu A’lam Bishawwab. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved