Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

In Memoriam

In Memoriam Almarhum Muhammad Yusuf Ali: Lelaki Tangguh dari Tanete Bulukumba

Saat itu terjadi razia KTP. Sebagai Ketua Senat, ia datang dengan jas merah, menghadapi para oknum mahasiswa itu. Menyuruh agar membubarkan diri

Editor: Arif Fuddin Usman
dok pribadi/facebook
Andi Muhammad Yusuf Ali, In Memoriam Almarhum Muhammad Yusuf Ali: Lelaki Tangguh dari Tanete Bulukumba 

Mulai dari peringatan Maulid Nabi, bakti sosial, pengajian dari rumah ke rumah, buka puasa Ramadhan, memenuhi undangan dari berbagai pihak, dan pengumpulan dana untuk Muslim Bosnia dan gempa di Liwa NTT. Bahkan untuk urusan ini, dia tak segan-segan meninggalkan kelas, meski mendapat marah dari pak guru.

Tamat SMA kami sama-sama beruntung, lulus UMPTN, masuk di Universitas Hasanuddin. Almarhum memilih di Fakultas Teknik Jurusan Mesin, sedangkan saya masuk Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dua Fakultas ini, dulu adalah sering terjadi konflik. Meskipun demikian, di awal-awal kuliah, kami masih biasa bertemu. Apalagi di Fakultas Teknik ada Mushalla MPM, persis di depan kantor Dekan. Jadi saya sering ke sana dan bertemu almarhum.

Di Unhas, karirnya cukup melejit. Menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik. Sedangkan saya lebih suka di organisasi ekstra kampus, memimpin Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Saya ingat dulu sekitar tahun 1998, setelah reformasi, dia pernah mengundang Grup Kantata Takwa melakukan konser di Kampus Unhas Tamalanrea. Ada WS Rendra, Setiawan Djodi, Iwan Fals, dan lain-lain. Saya baca pengumumannya dan undangan yang beredar.

Namun saya tidak sempat menghadirinya, karena sudah berangkat ke Yogayakarta selama dua bulan untuk melakukan praktek kerja lapangan atau magang sebagai bagian dari tugas mata kuliah di Majalah Suara Muhammadiyah.

Pernah satu kali saya melihat dia bersama beberapa pengurus senat mahasiswa datang ke bagian belakang kampus, tepatnya di depan Pondok Hasanuddin. Mereka sedang melerai atau mengamankan demonstrasi di sekitar kampus.

Razia KTP di Pondokan

Saat itu terjadi pemeriksaan KTP terhadap seluruh penumpang angkutan umum oleh sekelompok oknum mahasiswa yang tidak terdaftar sebagai lembaga kemahasiswaan.

Saat itu saya berada di pete-pete (angkutan umum). Sebagai Ketua Senat, beliau datang dengan jas merah, menghadapi para oknum mahasiswa tersebut. Menyuruh agar membubarkan diri.

Dia hanya bersama beberapa orang saja, sedangkan mahasiswa yang demo mencapai ratusan orang. Ternyata dari negosiasi yang dia lakukan, demonstrasi itu pun bubar.

Saya melihat sendiri lelaki dari Tanete Bulukumba ini, begitu berani, begitu tangguh menghadapi ratusan massa.

Saya juga tahu mereka berasal dari Tanete Bulukumba. Setiap kali saya melewati Tanete Bulukumba, baik untuk urusan dinas maupun acara organisasi, saya selalu ingat almarhum.

Dia sempat “agak” marah kepada saya, ketika membicarakan perkebunan karet di sana. Soalnya, waktu itu perusahaan yang mengelola kebun itu adalah bernama PT. London Sumatra.

Jadi karena saya orang Sumatra, dia ledek saya. Dia bilang kalian menjarah hasil bumi kami, walaupun itu saya tahu hanya bercanda. Manalah saya tahu apa itu London Sumatra. Dengar nama itu pun, dari beliau saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved