Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

In Memoriam

In Memoriam Almarhum Muhammad Yusuf Ali: Lelaki Tangguh dari Tanete Bulukumba

Saat itu terjadi razia KTP. Sebagai Ketua Senat, ia datang dengan jas merah, menghadapi para oknum mahasiswa itu. Menyuruh agar membubarkan diri

Editor: Arif Fuddin Usman
dok pribadi/facebook
Andi Muhammad Yusuf Ali, In Memoriam Almarhum Muhammad Yusuf Ali: Lelaki Tangguh dari Tanete Bulukumba 

Kakak perempuannya, ini mencukur rambutku, mumpung gratis. Almarhum pun mengenal dua abang saya. Karena abang saya di kompleks biasa dipanggil “Tulang”, maka almarhum pun sering memanggil saya “Tulang Siagian”. Tulang sama artinya dengan om atau paman.

Di Jalan Kumala II, mereka bertetangga dengan keluarga saya dari Sipirok. Namanya Pak M.H. Ritonga, waktu Kepala Cabang Bank Bumi Daya, sebelum merger dengan beberapa bank menjadi Bank Mandiri.

Jadi kalau saya ke jalan Kumala, dengan dua tujuan. Ke rumah almarhum dan ke rumah keluarga Pak Ritonga. Rumah mereka begitu dekat, bersebelahan satu rumah saja. Di situ pun ada rumah seorang tokoh Muhammadiyah yang sangat terkenal asal Sumatra Barat, namanya alm. K.H. Bakri Wahid.

Sosok Pembela di Sekolah

Saat masih SMA, saya merasakan dia menjadi salah seorang pembela atau pelindung saya atas berbagai hal. Suatu ketika saya akan dipukul oleh seorang senior karena salah paham saja, almarhum yang datang membela saya.

Saat itu kami akan pergi Bakti Sosial di Kabupaten Takalar, dimana saya masih menjabat sebagai Sekretaris Umum OSIS. Akan tetapi, justru sebaliknya, saya pernah mengecewakan hatinya. Mestinya saya membelanya, tapi saya tidak lakukan.

Ketika ada pertandingan cerdas cermat antar kelas, almarhum, bersama saudara Adam Suryadi Nur (pernah jadi asisten Wakil Presiden) dan Sri Suryani Syam (sudah dokter, entah bertugas dimana sekarang) kalah dalam babak penyisihan.

Pada sesi terakhir tentang Pancasila, almarhum berdebat dengan juri yang juga guru PMP kami. Almarhum merasa benar dengan jawaban yang dia berikan, tetapi oleh tim juri menganggapnya salah. Dia protes kepada saya, sedangkan saya tidak mungkin ikut mendebat guru. Guru sangat kami hormati.

Di kelas kami, mulai kelas satu sampai kelas tiga, almarhum termasuk siswa yang cerdas. Beberapa kami masuk dalam rangkin kelas. Sekitar rangking enam sampai empat, naik turun berkisar di angka itu.

Agak jauh dari posisi saya yang berada di seputaran rangking dua puluh paling tinggi rangking enam belas saja dari hampir lima puluh jumlah siswa.

Untuk pertama kalinya saya pergi ke Pantai Losari pada malam tahun baru adalah dengan almarhum. Itu terjadi pada pergantian tahun 1991 ke tahun 1992. Dia mengajak saya jalan-jalan.

Kami jalan kaki dari Jalan Gunung Lompobattang setelah selesai salat Isya. Melewati Jalan Gunung Tinggi Mae, tembus ke Jalan Chairil Anwar dan terus ke Jalan Ali Makala.

Pantai Losari begitu padat dan merayap. Hampir tidak bisa bergerak. Akhirnya kami pilih pulang ke rumah, tidur. Sejak saat itu, saya tak pernah lagi ikut-ikutan merayakan tahun baru.

Sama-sama Pengurus OSIS

Karena saya sebagai Sekretaris Umum OSIS, maka hampir setiap ada kegiatan di sekolah, saya melibatkan almarhum. Meskipun beliau bukan pengurus OSIS.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved