9 Nama Menteri yang Perlu Dievaluas Menurut Pengamat, Buntut Video Presiden Jengkel dan Marah-marah
Berikut ini 9 nama Menteri yang perlu dievaluasi kata Pengamat. Ini merupakan buntut panjang dari Video Presiden Jokowi jengkel dan marah-marah.
TRIBUN-TIMUR.COM - Berikut ini 9 nama Menteri yang perlu dievaluasi kata pengamat.
Ini merupakan buntut panjang dari Video Presiden Jokowi jengkel dan marah-marah.
Sebelumnya diberitakan tribuntimur.com, beredar Jokowi mencak-mencak di tengah rapat dengan Menterinya.
Jokowi marah lantaran ia menganggap para menteri tidak bekerja secara maksimal di tengah pandemi Covid-19.
Bahkan, Jokowi sampai mengancam akan ada pergantian menteri atau reshuffle.
• VIDEO: Warga To Padang Mamuju Unras di DPRD Sulbar, Tolak Rencana Tambang Zirkon
• Verifikasi Faktual Calon Perseorangan di Maros Berlangsung, Syarat 24.505 Dukungan
• Ahmad S Ilham Nakhoda Baru Asbisindo Sulsel
Di acara Prime Talk News Metro tv pada Selasa (30/6/2020), Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio menyoroti sejumlah Menteri.
Mulanya, Agus menilai bahwa Jokowi sebenarnya tak ingin merilis video marahnya itu.
Namun karena kinerja masyarakat masih dianggap biasa saja setelah 10 hari maka Jokowi akhirnya menyuruh Istana merilis video tersebut..
"Begini kan yang pertama memang kan Pak Jokowi orang Solo ya dia sebetulnya tanggal 18 itu dengan harapan menterinya sudah melakukan extraordinary ternyata kan tidak."
"Maka Beliau memerintahkan bawahannya melalui Setneg, melalui istana itu melepas saja di publik," ujar Agus.
Pertama hal yang pertama disorot oleh Agus adalah Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.
"Kalau bagian mana tentu pertama, soalnya pandemi ini kan kesehatan, jadi Menkes harus melakukan sesuatu yang extraordinary," ujar Agus.

Lalu, Agus menilai Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi juga kurang maksimal.
"Kemudian tempat berkumpulnya karena Covid ini kan, pergerakan orang di perhubungan jadi menteri perbuhubungan," katanya.
Lalu soal berantakannya penyaluran bantuan sosial menjadi evaluasi bagi Menteri Sosial, Juliari Batubara.
"Kemudian juga lalu bantuan ketika dilakukan PSBB kan orang miskin harus dikasih makan oleh negara tapi bansos kan berantakan."
"Jadi itu Menteri Sosial itu bertanggung jawab," ucap Agus.
• Lembaga Kemahasiswaan UINAM Bantah Sepakat Audiensi dengan Pimpinan Universitas
• Film Horor Kutukan Anak Kembar, Ini Sinopsis The Lodgers, Bioskop Trans TV Malam Ini
• Zuraida Hanum Pakai Baju yang Sama dengan Jefri saat Divonis Mati, Cincin di Jari Manis Juga Disorot
Kemudian, yang jarang dibahas terkait ketersediaan pangan selama pandemi.
Menurutnya Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo belum menunjukkan kinerjanya dalam mengatasi ketersediaan pangan.
"Keempat kemudian ini kan kita bahas soal pangan dan sampai saat ini belum ada yang bahas serius Menteri Pertanian juga tidak punya bahan soal pangan."
"Padahal sumber pangan kita itu Vietnam dan Thailand sudah melarang berasnya untuk ekspor, lalu kita gimana makan berasnya?"
"Karena semakin rendah ekonomi masyarakat semakin banyak kita makan beras," singgung Agus.
Lalu ada Menteri Pariwisata, Wishnutama yang dinilai sama sekali belum menunjukkan gebrakan.
"Kemudian juga ini pariwisata karena ini apa sektor yang pertama yang terkena tapi sampai hari ini kita tidak tahu peta pariwisata yang dibuat oleh Menteri Pariwisata dan kreatif," kata dia.
• LIVE #katanone Anak Muda Makassar Cetak Uang dari UKM Hidroponik, Bagaimana Eksis Saat Covid-19?
• Film Horor Kutukan Anak Kembar, Ini Sinopsis The Lodgers, Bioskop Trans TV Malam Ini
• Lebih Dekat dengan Aubameyang, Kini Memimpin Daftar Top Skor Liga Inggris Musim 2019-2020
Tak berhenti di sana, sejumlah Menteri Koordinator juga dinilai kurang.
Menteri Koordinator itu antara lain, Luhut Binsar Pandjaitan, Airlangga Hartarto, dan Muhadjir Effendy.
"Kemudian tentu ada Menteri Koordinatornya PMK kemudian, kemudian ada Menteri Koordinatornya Perekonomian dan Menteri Koordinator Marinves (Maritim dan Investasi)," singunggnya.
Terakhir, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto yang turut menjadi sorotan Agus.
"Itu semua saya pikir perlu, kemudian ekonomi kan presiden concern pada ekonomi tentu Menteri Perdagangan sampai hari ini saya belum dengar apa yang dikerjakan Menteri Perdagangan," sambung Agus.
Banyak sektor kemernterian yang dinilai kurang oleh Agus.
Namun, ia menilai menteri-menteri di atas yang dirasa kurang kinerjanya.
"Banyak hal lah tapi itu yang utama, karena pada waktu tahap pertama banyak menteri menteri yang bisa pasang badan."
"Tapi kayaknya sekarang karena dulu persoalan pandemi dan sekarang masuk persoalan ekonomi, saya khawatir daya tahan masyarakat sangat berkurang," jelas Agus.
Lihat videonya mulai menit ke-17:00:
Soal Jokowi Marah Bawa Teks
Pakar Komunikasi Politik, Effendi Ghazali mengomentari soal kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada menterinya dengan membawa teks.
Sebagaimana diketahui, publik dihebohkan dengan kemarahan Jokowi pada para menterinya pada 18 Juni 2020 namun baru dipublikasikan di channel YouTube Sekretariat Presiden pada Minggu (28/6/2020).
Kemarahan Jokowi sambil membawa teks pidato itu menjadi perhatian lebih.
Hadir di acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa (30/6/2020), Effendi mengatakan bahwa Rocky Gerung juga mempertanyakan itu.
"Ini menarik sebelum ke maknanya, Rocky Gerung itu professor logika menyuarakan, ini kenapa pidato ini pakai teks atau tidak menarik kita perhitungkan," kata Effendi.

Effendi merasa kemarahan dengan teks itu menunjukkan kemarahan itu sudah disiapkan sebelumnya.
Luar biasa marah hingga harus sampai dipersiapkan dengan teks.
"Kalau misalnya pidato ini pakai teks, berarti ini kemarahan yang dipersiapkan dengan luar biasa."
"Jadi persiapan marahnya itu luar biasa, ya direncanakan betul," katanya.
• NASIB Polisi yang Menolak Laporan Anak Ingin Penjarakan Ibunya, Ditentukan di HUT ke-74 Bhayangkara
• Fakta-fakta Priapisme, Penyakit Serang Pasien Virus Corona, Bahaya saat Berhubungan Badan
Jika tidak memakai teks, Effendi merasa kemarahan itu akan tampak terlihat lebih asli lagi.
Lebih terlihat benar-benar dari perasaannya.
"Kalau tidak pakai teks artinya ada teks yang harusnya diucapkan taoi teks itu dianggap tidak ada, maka marahnya yang luar, wah itu lebih asli lagi, lebih lahir dari perasaan yang paling dalam," ujar dia.
Jika tidak memakai teks, Effendi menduga bisa saja presiden akan beralasan bahwa kemarahan yang luar biasa memang harus dipersiapkan dengan benar.
"Kalau kita tanyakan mengapa marah harus pakai teks? kan Pak Presiden bisa saja menjawab jangan memakai hal-hal yang standar pada suasana kritis, itu ya di dalam pidato Pak Presiden tersebut," ungkapnya.
Lihat videonya mulai menit ke-7:09:
(TribunWow.com/Mariah Gipty)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Jokowi Ancam Reshuffle, Pengamat Sebut 9 Menteri Ini Patut Dievaluasi: Luhut hingga Budi Karya,