Jenderal Hoegeng
Sosok Jenderal Hoegeng, Polisi Jujur dan Kisah Kejujurannya hingga 'Dipensiunkan' oleh Soeharto
Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah membuat humor tentang Jenderal Hoegeng.
Hoegeng mendapat tugas dari Kapolri saat itu, Soekanto untuk menyusun jaringan sel subversi, menghimpun informasi, hingga membujuk pasukan NICA untuk membela Indonesia.
Meski tidak digaji, Hoegeng menjalani tugasnya dengan rasa nasionalisme yang tinggi.
Dikutip dari Kompas.com, Hoegeng memutuskan melamar menjadi pelayan restoran yang biasa didatangi orang Indonesia dan orang Belanda bernama "Pinokio."
Di sana, Hoegeng diterima menjadi pelayan dan tak digaji.
Sebagai ganti, pemilik resto memberikan makanan gratis tiap hari untuk pegawainya.
• Detik-detik Kambing Mata Satu Lahir di Sumedang, Dikira Mati di Perut Induk, Bikin Geger Warga
• KABAR TERBARU Ibadah Haji 2020 Tetap Digelar, Pemerintah Arab Saudi Beri Izin untuk Golongan ini
Hoegeng menikah dengan Merry Roeslani pada 31 Oktober 1946.
Saat 'bertugas' di restoran tempatnya menyamar, rupanya Merry juga berjualan sate untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tidak ada seorang pun yang tahu Hoegeng dan Merry adalah pasangan suami istri saat itu.
Hoegeng meninggal dunia pada 14 Juli 2004 karena menderita stroke.
Mereka dikaruniai tiga anak yaitu Reni Soerjanti, Aditya Soetanto, dan Sri Pamujining Rahayu.
Hoegeng juga meninggalkan empat cucu dan empat cicit.
2. Minta istri tutup toko bunga

Sebelum menjadi Kapolri, Hoegeng pernah menjadi Kepala Jawatan Imigrasi pada 1960.
Saat menjabat, Hoegeng meminta sang istri,menutup toko bunganya.
"Saat membuka toko bunga di garasi kami untuk menambah pemasukan, waktu dia menjabat kepala imigrasi minta menutup toko itu."