Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Covid-19, Antara Ada dan Tiada

Ditulis Dr Amir Muhiddin, Dosen Fisip Unismuh Makassar dan Penggiat Forum Dosen Majelis Tribun Timur

Editor: Jumadi Mappanganro
Dokumen Amir Muhiddin
Dr Amir Muhiddin (Dosen Unismuh Makassar) 

Kelihatannya tidak ada masalah. Masyarakat tidak kelihatan sedikit pun ada rasa takut, gelisah dan sedih.

Malah mereka asyik bicara, bersenda gurau tanpa jarak sosial dan protokol kesehatan.

Pada bulan-bulan pertama covid-19 melanda negeri ini, ketika angka-angka penderita masih sedikit, masyarakat justru mengalami ketakutan dan kecemasan yang luar biasa.

Terlebih-lebih ketika pemerintah melakukan tindakan pembatasan sosial berskala kecil dan besar, masyarakat luar biasa merasakan tekanan sosial dan psiklogis.

Tetapi realitas lainnya adalah berbanding terbalik, ketika bulan – bulan berikut, ketika angka penderita semakin meningkat, termasuk di Sulawesi Selatan.

Masyarakat justru santai-santai saja. Tidak cemas sebagaimana terjadi pada bulan-bulan pertama.

Padahal seharusnya, bulan-bulan inilah ketika penderita semakin meningkat masyarakat harus semakin waspada, mawas diri, dan selalu mengikuti protokol kesehatan.

Faktor Penyebab

Ada beberapa hal yang menurut saya yang menjadi penyebab. Pertama, masyarakat memperoleh banyak informasi yang isinya meragukan: apakah betul-betul covid-19 itu, virus atau bukan.

Kedua, masyarakat memeroleh informasi bahwa covid-19 ini adalah rekayasa negara-negara besar seperti China dan Amerika yang ingin memperoleh keuntungan ekonomi.

Ketiga, banyak kasus kematian di rumah sakit yang semula dianggap positif covid-19, tetapi belakangan hasilnya negatif.

Selama Juni, Bertambah 2.259 Pasien Covid-19 di Sulsel

Padahal keluarganya sudah dimakamkan dengan prosedur covid-19.

Keempat, sebagian tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menjadi panutan di masyarakat, sangat meyakini bahwa sakit dan sehat, hidup dan mati adalah urusan Tuhan, bukan urusan manusia apalagi pemerintah.

Aliran seperti ini sering disebut jabariah yang dalam beberapa hal kurang membantu pemerintah dalam penangan covid-19.

Keenam, pemerintah juga tidak kompak dalam persepsi dan memaknai covid-19 dan cara penanggulangannya.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved