Kolom Ahmad M Sewang
Rethinking Normativitas dan Historitas
Problema umat sekarang bagaimana mengamalkan ilmu itu dalam realitas historis
"Ya Allah, Enkaulah Yang Maha Damai, daripada-Mulah perdamaian itu, dan kepada-Mu pula kembali kedamaian itu. Hidupkanlah kami dalam suasana damai, Ya si Pemilik Kekuasaan dan Kemuliaan dan masukanlah kami dalam surga-Mu, negeri salam yang penuh kedamaian."
Inilah sebagian ajaran normatif Islam. Apakah umat bisa membuktikannya dalam realitas historis?
Orang lain, non-muslim, hanya percaya pada realitas. Dalam bahasa dakwah disebut dakwah bil hal.
Sebab mereka hanya melihat realitas historis bukan pada norma yang tersmpan dalam kitab suci.
Itulah sebabnya, penulis mengajak "Sudah saatnya membuat orang lain terkagum-kagum pada komunitas muslim dengan akhlak al-karimah, bukan lagi dengan perilaku kasar."
• Personil Damkar Selamatkan Warga Terjepit Mobil di Depan RS Labuang Baji Makassar
Hanya dengan mengubah maindset dengan lebih mengedepankan realitas historitas dalam bentuk akhlakul karimah, baru seorang muslim bisa meyakinkan orang lain atau para senator Canada tadi percaya bahwa Islam adalah rahmat seluruh alam tanpa membedakan.
Mungkin itu sebabnya, dalam kitab suci al-Quran tidak sempurna seorang muslim jika hanya beriman tetapi dia juga harus bisa membuktikan imannya itu dalam amal perbuatan salih.
Dalam al-Quran setiap ada kata iman selalu diringi dengan amal salih.
Ya ayyuha allazina amanu wa amilus as-salihat.
Di tempat lain, Abdul Halim Mahmud, mantan Grand Syekh al-Azhar, pernah berkata, "Problema utama umat abad ini, bukanlah masalah ilmu, tetapi problema umat sekarang bagaimana mengamalkan ilmu itu dalam realitas historis."
Wassalam,
Makassar. 16 Juni 2020