Kolom Ahmad M Sewang
Antara Budaya Bunga dan Budaya Makan
Beda dengan budaya ditanah air, yang penulis sebut budaya makan. Dalam suka dan duka selalu disertai dengan makan-makan.
Oleh: Ahmad M. Sewang
Guru Besar UIN Alauddin Makassar - Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Masjid Mubalig Indonesia Muttahidad (IMMIM)
DI dunia barat yang pernah penulis saksikan, khususnya di Eropa penulis sebut budaya mereka sebagai budaya bunga. Kapan pun ditemukan bunga setiap kegiatan.
Dalam peristiwa duka selalu ditemukan bunga, sebaliknya dalam gembira pun selalu ada bunga.
Di Belanda pada akhir pekan tidak ada satu pun toko yang terbuka kecuali toko bunga. Sebab bunga selalu diperlukan pada setiap event.
Suatu saat menjelang pulang ke tanah air setelah setahun melakukan riset dan studi di Universitas Leiden, penulis diundang Persatuan Pemuda Islam Eropa di Den Haaq untuk ceramah.
• Update Covid-19 Sulsel 9 Juni 2020, Sulsel Cetak Rekor Tertinggi Pertambahan Kasus Pasien Positif
Kebetulan penulis membawa ibu. Setelah selesai, acara penulis mendapat kehormatan dan dihadiahi bunga.
Bunga itu, sangat bernilai sebab jika dirupiahkan harganya cukup mahal.
Tiba di apartemen, ibu simpan di kamar mandi agar tidak layu. Tetapi ternyata besoknya, sudah layu.
Ibu bilang, "Andai kata uang yang diberikan akan lebih bermanfaat."
Penulis berkata, di sinilah bedanya dengan budaya di tanah air. Di sini, bunga adalah sebuah penghormatan tinggi yang tidak bisa dinilai dengan uang.
Beda dengan budaya ditanah air, yang penulis sebut budaya makan. Dalam suka dan duka selalu disertai dengan makan-makan.
Kapan saja ada acara, selalu diringi dengan makanan.
Mabbaca (bahasa daerah) jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah berdoa.
• Ketua PAN Bulukumba Umumkan Istrinya Positif Covid-19
Kenapa selalu ada makanan? Bukankah berdoa tak perlu ada makanan? Jawabannya, makanan sudah menjadi budaya.
Di antara mubalig ada yang tidak setuju jika orang yang sedang berduka kematian membebani lagi dengan makan di rumah duka bahkan lengkap dengan dalilnya, tetapi tetap saja sulit menghentikannya.